Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Januari 27, 2014

minggu santai @ momiji Japanese cuisine-braga


Setiap lewat Jalan Braga di Bandung, gue selalu penasaran dengan resto Jepang yang satu ini. Konsep restonya tertutup dengan standing menu di depan pintu masuknya. Dan sepengalaman gue, lu mau liat menu di depan sampe buta juga gak bakal disamperin sama waitress-nya.

 
Penasaran dengan rasa makanannya lah  yang menyebabkan gue menyambangi Momiji. Resto ini sepertinya gak pernah rame-rame amat tapi masih berdiri. Mungkin yang makan di sini yang udah biasa langganan.

Pas masuk restonya, baru deh waitress-nya sibuk gerabak gerubuk abis nonton tv. -_-“ 

Pilihan menu siang itu Chicken Teriyaki Bento ( IDR 30.000,-), Tuna Maki ( IDR 30.000,-) dan Salmon Maki ( IDR 30.000,-) untuk pilihan minumannya Brown Snow White ( IDR 20.000,-) dan Momiji Special ( IDR 20.000,-).


Kalo makan diresto Jepang, gue pasti gak akan melewatkan untuk nyobain sushi walaupun pada umumnya sama aja tapi gue selalu penasaran dengan bentuk dan rasanya.

Minuman dan Bento Lunch udah siap di meja tapi sushi-nya belom muncul. Gak berapa lama Sushi Chef-nya muncul dari belakang dan bikin di meja display sushi. Hadeuh, gak pada stand by nih orang-orang. Masa harus ada yang beli dulu? Namanya resto, mau jam makan ataupun udah lewat seharusnya teteup siap. Penyajian sushi memang cepet tapi tamu gak boleh dibiarin nunggu terlalu lama dong. Untung makanannya enak.


Walaupun makannya Bento Lunch tapi ada perbedaan yang signifikan antara resto Jepang siap saji dengan Momiji yang punya kelas diatas rata-rata. Untuk penampilan sushinya sedikit tidak konsisten karena ada yang ditabur dengan tobiko ada juga yang pake wijen. Apa karena tobiko-nya abis? Begitu juga dengan kecap asin yang disediakan dengan yang ada dimeja rasanya beda.

Minumannya selain enak, penampilannya juga bagus.

Overall, not bad lah. Semua menu yang dimakan adalah menu lunch yang harganya lebih murah dibandingkan dengan menu lain yang lebih superb. Cuman service-nya harus lebih diperbaiki.


Momiji mempunyai arti perubahan warna daun ketika musim gugur di Jepang.

Januari 25, 2014

tune hotels solo


Acara jalan-jalan beberapa hari disuatu tempat pastinya gak bakal lepas dari pemilihan akomodasinya. 3 hari eksplorasi kota Solo, gue sangat selektif dalam memilih hotel untuk diinapi. Akhirnya setelah survey beberapa hotel akhirnya gue putuskan untuk menginap 1 malam di Tune Hotels Solo.


Sebelumnya, gue sempet coba Tune Hotels di Legian, Bali. Waktu itu gue sangat kepanasan dan malahan gak bisa tidur karena cuman pake kipas angin doang. Memang disediakan AC tapi harus bayar extra untuk pemakaiannya.

Awalnya  gue sempet khawatir bakal kejadian lagi seperti dulu, tapi setelah check in dan kami diberi towel serta toiletries terus liat kamarnya berpendingin ruangan dan tersedia TV flat dan semuanya dalam keadaan on bisa dipakai...rasanya lega banget padahal gue cuma bayar kamar doang tanpa embel-embel lain.


Bagi yang belum pernah nginep di hotel ini, Tune Hotels adalah hotel budget yang biasanya ditempati secara day use atau cuman untuk tidur saja bukan untuk menghabiskan waktu seharian di dalam kamar mengingat area kamar yang lumayan sempit. 

Tamu hotel mempunyai pilihan apakah mau membayar kamar saja ataukah full service seperti penggunaan AC, TV, towel & toiletries kit serta menu breakfast. Tentu saja karena pilihannya beragam maka harga hotel pun disesuaikan dengan apa yang kita pakai.


Kebetulan yang terjadi waktu itu gue cuman bayar basic room tapi dapet AC & toiletries, exclude breakfast doang. Expect the unexpected. Senangnya...

Tapi jangan mengharapkan ada bath tub ya by the way...

Untuk Room service dan breakfast ternyata pihak hotel bekerja sama dengan Kopitiam Oey punyanya Oom Bondan Winarno yang berada di sebelah bangunan hotel. 


Sekedar info, kalo mau pesen room service lebih baik langsung saja makan di restaurant tanpa menyebutkan sebagai tamu hotel, karena untuk pemesanan room service akan dikenakan tambahan service charge. Modal turun ke lantai bawah trus jalan dikit doang bisa sedikit menghemat loh.

Pagi harinya setelah kami check out, kami makan di restaurant-nya Oom Win. Kami memang tidak punya coupon breakfast tapi sengaja pengen jajal makanannya apakah memang enak atau biasa aja.

Pas kami datang, resto lantai 1 penuh dengan tamu hotel yang sedang breakfast jadi kami akhirnya naik ke lantai 2. Ngintip menu breakfast tamu hotel ternyata menunya nasi goreng standar dengan sayur capcay dan kerupuk. Hmmm...


Pilihan makan pagi kali ini jatuh ke nasi goreng pedas teri medan. Rasanya lumayan enak dilidah. Sepertinya memang lebih enak pesan menu yang kita suka daripada makan makanan tamu hotel yang ala kadarnya. Untuk menebusnya juga masih harga reasonable kok.

Tune hotels Solo was fun & value for money.

Januari 24, 2014

goa gong terkini




Kota Pacitan, kota kelahiran SBY ternyata menyimpan pesona wisata yang sedang mekar. Kota ini terkenal dengan wisata goa dan pantai-pantainya sampai ke mancanegara.

Kota Pacitan dapat ditempuh selama 2 jam berkendara dari kota Solo. Sekitar 4 tahun yang lalu, gue pernah kesini. Yang membedakannya adalah akses yang sekarang lebih mudah dilalui dan petunjuk jalan yang jelas. Buat yang Geografinya merah diraport, kota Pacitan berada di Jawa Timur. Sedikit kearah Timur dari perbatasan Jawa Tengah. Untuk kesini tidak ada angkutan kendaraan yang memadai selain pakai angkutan pribadi.


Kawasan goa masih sama seperti dulu hanya saja lebih terawat dan lebih komersil. Tempat penjualan souvenir dan warung makan berjajar rapi dengan nama si empunya kios diatasnya.


Ketika dibibir goa, mbak-mbak pembawa senter menawarkan jasanya untuk mengantar dan menerangkan sejarah goa Gong tersebut. Banyak yang bilang kalo jasa pemandu disini sebenarnya tidak diperlukan. Bahkan goa-nya sendiri sudah terang benderang oleh lampu-lampu.

Tapi gak ada salahnya kan untuk memberi sedikit penghasilan bagi warga sekitar untuk mengais sedikit rejeki. Namanya juga lagi liburan, bener gak? Mbaknya juga baik loh, sambil ngoceh-ngoceh sejarahnya, dia sabar nungguin kami foto-foto.

Goa-nya sih masih sama aja seperti dulu, cantik. Goa dengan berbagai bentuk stalagmit dan stalagtit ini masih hidup dan masih akan terus bertumbuh. Dan Katanya lagi, goa Gong ini adalah yang terindah se-Asia Tenggara. Keren ya…


Stalagmit dan stalagtitnya mempunyai bermacam ragam bentuk. Ada yang berbentuk layar, Buddha, dan ubur-ubur. Tapi yang paling keren adalah yang bernama Dudur Langit, batu ini tumbuh dari atas kebawah sementara yang dari bawah tumbuh keatas dan bertemu ditengah. Pokoknya keren abis.

Selain itu disinipun terdapat beberapa sumber mata air yang masih hidup dengan beberapa macam khasiatnya.

Trus mau tau kenapa dinamain goa Gong? Karena kalo bebatuannya digebuk, suaranya seperti bunyi gong.


Oya katanya SBY pun pernah kesini tapi gak sampe kebawah karena dikhawatirkan kesehatannya. Memang sih semakin kebawah oksigen semakin sedikit dan udaranya sangat lembab. 

Yang perlu diingat, goa ini bukan jenis goa untuk di eksplorasi melainkan goa wisata yang hanya dapat dinikmati keindahannya.


Kalo lupa bawa kamera, ada tukang foto langsung jadi yang bisa ditebus dengan harga IDR 20.000,- selain itu disini banyak banget yang jualan pecel. Sepertinya cocok dimakan selagi hari mendung. Tapi karena agenda wisata hari itu sangat padat akhirnya kami tidak sempat icip-icip.

Selain goa Gong, didekat situ terdapat juga goa Tabuhan yang dapat menimbulkan suara-suara seperti orang sedang menabuh alat musik. Tapi karena beberapa review yang bilang biasa aja mendingan enggak lah. Enggak tergila-gila sama goa juga sih.


Satu jam kemudian eksplorasi pun selesai. Mbaknya seneng dapet tips dari kami begitu juga tukang fotonya. Gue juga seneng karena pergi bareng pacar. Hahaha simple.

Happy caving…

Januari 21, 2014

i love shanghai : a day sightseeing



Bener banget kalo ada yang bilang gerbang suatu negara itu dilihat dari bandaranya. Dan Shanghai Pudong International Airport menjadi satu yang terbaik di Cina.

Dulu, gue sempet terkagum-kagum dengan bandara Hasanuddin, Makasar maupun Kuala Namu International Airport yang berada di Medan yang punya eskalator gak naik maupun turun tapi lurus kedepan untuk membuat kita gak terlalu capek jalan. Ternyata bandara di Luar Negeri sudah lebih dulu menggunakannya. 


Sekarang sih gue penasaran dengan bandara Ngurah Rai di Bali setelah renovasi gimana bentuknya dan Lombok International Airport yang masih terbilang baru menggantikan bandara Selaparang yang sederhana.


Keluar dari Shanghai Pudong International Airport, gue disambut dengan Shanghai Maglev Train. Dalam hati gue bertanya kapan ya Jakarta punya yang beginian? Atau gue harus pindah negara untuk menikmati semua yang serba modern ini?


Indonesia punya jembatan Suramadu yang terbaru dan terpanjang. Gak kurang jembatan layang pun bertebaran dimana-mana. Tapi semua yang ada di Shanghai bikin gue terkagum-kagum. Rumput tetangga selalu lebih hijau.


Gedung pencakar langit di Jakarta juga terbilang banyak, tapi Shanghai punya Shanghai Tower yang sekarang menjadi gedung tertinggi se-Cina. Direncanakan tahun ini akan kelar pembangunannya dengan 121 lantai dan tinggi 632 M. Didunia cuman dikalahkan oleh Burj Khalifa di Dubai sebagai bangunan tertinggi seantero jagad.


Saat ini Shanghai Tower baru bisa dinikmati dari kejauhan karena pembangunannya belum rampung benar. Tapi jangan khawatir Jin Mao Tower dengan ketinggian 420.5 M dan Shanghai World Financial Center yang puncaknya berlubang segi empat diketinggian 492 M telah lama berdiri megah dan menjadi pemandangan yang menakjubkan di Shanghai.


Waktu itu gue cuman menjajal si cantik Oriental Pearl Tower. Walaupun tingginya hanya 468 M saja tapi menara TV ini mempunyai banyak fasilitas menarik yang dapat kita nikmati. Dibulatan Pearl yang pertama pada ketinggian 98 M terdapat Game City dimana terdapat Indoor Roller Coaster & 5D Cinema. Hadeuh 5D dimensi apalagi ya? Secara gue cuman pernah nyobain 4D doang.


Transparant Observatory dengan dasar kaca tembus pandang yang dapat melihat pemandangan kota Shanghai secara 360° berada pada ketinggian 259 M. Disini kita dapat melihat gedung-gedung pencakar langit dan Sungai Huangpu yang terkenal itu. Ternyata sungai Huangpu berwarna coklat. Apa bedanya ama Ciliwung? Ya bedalah pastinya, yang ini lebih terawat. Hahaha…


Di Pearl ke-2 ini selain terdapat Transparant Observatory, ada juga sightseeing floor, revolving restaurant dan juga sky walk club.


Dibulatan tertinggi dan terkecil pada ketinggian 351 M terdapat Space Capsule Sightseeing Floor. Memang gak seasik Transparant Observatory. Tapi sensainya beda, karena lebih tinggi dengan setting luar angkasa. Selebihnya menara ini hanya berupa transmitter  sampai pada ketinggian 468 M.

Sepertinya ini pengalaman pertama naik ke bangunan tinggi. Monas aja belom pernah naek sampe ke atas. Sayangnya Indonesia masih belum punya icon baru pencakar langit setelah rencana Menara Jakarta gagal diwujudkan. 


Gue sempet beli boneka panda dan ayam-ayaman yang bunyinya sange. Lucu dengernya ya udah beli aja. Ternyata toko-toko yang ada disini bisa ditawar walau gak semua, nyesel beli pandanya kemahalan. Lagi kirain harga pas, jadi nawarnya sedikit. Tau gitu gue tawar dengan harga tega. Gue gitu loh…



Malamnya kami shopping di Yu Yuen Market, tempatnya bersih dan nyaman untuk belanja. Yang pasti kalo belanja disini musti nawar abis. Sempet belanja magnet kulkas dan ternyata kemahalan, soalnya penjualnya langsung ok. 

Tapi ada 1 toko yang jual barang-barang souvenir. Harganya memang fixed price, tapi kalo diitung-itung emang murah. Eh yang jualnya juga bisa bahasa Indonesia. “ Iya datang kesini, barang murah.” Hadeuh…

Seneng lah namanya juga wisatawan cari oleh-oleh pastinya yang murah meriah.


Shopping masih berlanjut ke Nanjing Road. Kalo yang ini toko-toko dengan barang branded. Gue suka nih yang beginian. Waktunya emang mepet buat shopping dan kalo milih brand yang belom pernah nyoba rasanya bakalan pilih-pilih lama. Akhirnya gue putuskan untuk membeli Giordano & Bershka. Harga disini relatif sama aja kayak di Jakarta. Shopping dengan waktu seadanya lumayan menyenangkan. Yang pasti gak asal kalap doang tapi pilih yang bener-bener suka. 

Jakarta ataupun Indonesia sepertinya belum ada toko-toko branded dengan konsep seperti Nanjing Road. Biasanya barang branded cuman ada di mall, jarang punya gerai yang berdiri sendiri diluar mall.

Waktu lari sana lari sini ada abang-abang yang sepertinya nawarin cewe. Dooh, gak sempet lah bang. Hahahaha…


Malam belum usai, kami masih punya agenda untuk jalan-jalan ke The Bund. Tempatnya dekat sekali dari Nanjing Road. For sure, tempat ini romatis abis. Buat jadi tempat narsis pun sangat recommended.  Pastinya bakalan betah berlama-lama ditempat ini. Gedung-gedung jaman baheula dengan penerangan lampu yang modern ternyata sangat asik dimata.

Inget dong film-film klasik mandarin dengan setting The Bund tempo dulu. Yah, kurang lebih seperti itu. 

Tengah malam acara jalan-jalan di kota Shanghai berakhir dengan manis. Gak nyangka kota Megapolitan Shanghai bisa semenarik itu.

 
Jadi inget jaman dulu, gue suka dibeliin es Shanghai ama Babeh. Kalo sekarang sih jarang nemu ya. Kurang lebih seperti es campur isi alpukat, kolang kaling dan cincau hitam plus es serut segunung dengan gula warna merah menyala. Walaupun hanya berwujud es, namanya udah kesohor sedari dulu.

Setelah seharian keliling Shanghai akhirnya gue pun menemukan persamaan diantara keduanya yaitu manis, berwarna dan gak mudah dilupakan.

I love Shanghai, but i love Indonesia more. Bangunannya mungkin kalah tinggi tapi pantai-pantai di Indonesia lebih cantik. Cina gak punya pantai loh by the way...

So, kalo jalan-jalan ke Cina jangan lupa mampir ke Shanghai ya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...