Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Maret 27, 2015

minggu persahabatan @ ramen hachimaki – central park



Minggu ini gue berencana untuk hang out bareng travel mate yang udah lama gak ketemu. Berhubung masih terlalu pagi akhirnya gue ngendon di Ramen Hachimaki. Bolak-balik standing menu yang isinya ramen dan sushi. Sampai akhirnya gue tanya waiter, apakah restonya sudah siap untuk pemesanan sushi? Jawabannya sudah. So, let’s go…

Jam menunjukan pukul 10.24, gue pengunjung pertamanya.

Rencananya gak mau makan berat, cuman pengen nyobain sushinya aja. Emang dasar jodoh, takoyakinya belom siap dan akhirnya tuker sama ramen deh.

Suppai Ramen ( IDR 48.000,-) kalo lihat sekilas gak mengundang. Isinya yang standar, jauh dari rame tapi rasanya lumayan. Cacahan daging sapinya enak dengan kuah kaldu yang lezat dan tingkat kepedasan di level 4.

Meri, satu dari ke-4 gank 21 Four Streets belom dateng juga. Masih di Glodok, ya Tuhan…


Lanjut makan sushi Spicy Salmon Roll ( IDR 14.000,-) dengan ikan salmon yang entah di mana. Ya dengan harga segitu pasti salmon-nya ngumpet.

Meri naik taxi menuju Central Park.


Double Crunchy ( IDR 12.000,-) menjadi makanan penutup di hari Minggu yang bertema persahabatan itu. Penampilannya cantik dengan topping kremes. Enak.

Sushi murah udah banyak bahkan di Mall sekalipun tinggal pinter nyari aja. Murah tapi gak murahan.

Meri kena traffic.

Gue minta refill Cold Ocha ( IDR 9.000,-)  sambil baca-baca F&B Service.

Meri bbm udah sampe.

Gue minta bill dan bayar harga makanannya plus service charge yang berada di angka 6 %. Udah pada naek kali ya service charge di restaurant. Sambil nanya sama waiter-nya apa di Bandung ada juga cabangnya? Katanya ada tapi lupa di mana pastinya.

Hari semakin siang dan tamu banyak berdatangan menikmati santap siangnya masing-masing. Gue pun sibuk menyiapkan diri menyambut Meri dengan tas Mang(g)o two-nya dan keseluruhan penampilannya yang jauh dari santun dengan berat bersih 65 kilogram belum termasuk PPN 10 %. Walaupun demikian dia tetap nekat datang dengan satu keyakinan, tekad yang bulat untuk pamer dan juga curcol kehidupan barunya sambil tak lupa membawa cinta yang selalu dipersembahkan untuk gue seorang.

Thanks Meri, for everything tapi lebih ok lagi kalo lo bayar bill-nya sekalian. Ah, Meri…

malam natal @ the harvest-sunset road, bali




Malam natal selalu jadi moment yang sangat spesial buat gue. Syahdu, romantis dan divine.

Menghabiskan hari dengan seseorang yang dekat dihati wajib hukumnya sambil makan malam bersama tetapi kali itu, gue harus puas dengan menghabiskan waktu sendiri di toko kue harvest sambil menunggu jam ibadah dimulai. Begitulah nasib di perantauan.

Seperti tokonya yang berada di Dago-Bandung, tokonya yang ini pun gak pernah sigap lihat tamu datang. Sampai gue udah duduk pun gak ada waiter yang menawarkan menu padahal toko gak terlalu ramai.

Sampai akhirnya gue minta menu ke kasir dan order sama kasir pula. Udah gitu, kasirnya malah suruh gue tunggu waiter. Lah, waiter mondar-mandir gak jelas gak ngerti ngapain aja.

Setelah menunggu sekitar 20 menitan, Chocolate Melt ( IDR 45.000,-) akhirnya diantar ke meja gue dengan penampilan yang mengundang selera ditambah dengan es krim vanilla dan saus strawberry. Penampilan udah cantik dan rasanya sesuai dengan penampilannya, lelehan yang berasal dari chocolate-nya itu bikin gue sesaat terbang ke langit ke-7.  

Smoothies Strawberry Merry ( IDR 24.500,-) nya juga seger dengan jelly berwarna merah.

Kelar makan kayaknya seneng banget, otak gue merasakannya. The Harvest memang udah terkenal enak kan dengan harga yang sedikit lebih murah dibanding para pesaingnya. Tempatnya juga cozy, enak berlama-lama di sana. Mungkin kita memang harus tutup mata untuk pelayanannya yang seadanya apalagi ketika bill diterima tercantum service charge 5,5%. *Tepok jidat.  

Maret 26, 2015

minggu membosankan @ ryoshi japanese restaurant, bali


Mall di Bali bisa dibilang lumayan membosankan gak seperti di Jakarta tapi karena gue butuh hiburan, dengan terpaksa lagi-lagi ke Mall Bali Galeria. Hahaha...

Resto Jepang ini sebenernya udah jadi inceran pertama semenjak nyampe di Bali. Gue mikirnya bakalan overpaid deh nih kalo sampe makan di sini. Dan akhirnya karena penasaran nyobain juga...

Dengan iming-iming diskon untuk item tertentu, gue memberanikan diri untuk masuk dan pesan.

Tanuki Udon ( IDR 45.000,-) sekilas gak appetite. Setelah nyoba satu suap akhirnya gue bisa bilang lumayan hanya saja kuahnya asin banget. Nyampe rumah dan minum bergelas-gelas, rasa asinnya masih nempel di lidah. Kebetulan, temen training juga abis makan di Ryoshi cuman cabang yang lain, dia juga bilang asin banget sampe enek berhari-hari. Berarti bener dong ya...


Lanjut Crispy Salmon Roll ( IDR 50.000,-) enak lah namanya juga salmon. Cuman emang rada deg-degan juga makannya gara-gara berita kalo salah dalam penyimpanan bisa mengakibatkan konsumen menderita cacing pita. Well, kirain babi doang....eh,salmon ikutan juga hahaha...

Yang pelit dari resto ini, Ocha ( IDR 10.000,-) gak bisa refill...parahnya...

Dari segi service jauh dari sempurna, waitress gak stand by dan gak gesit. Di depan resto ada standing menu tapi giliran ada yang lihat gak pernah dijemput.

Setiap tamu yang dine in dibebankan service charge sebanyak 6%. Bener dugaan gue, makan di sini bayarnya lebih banyak dari yang seharusnya dibandingkan dengan resto sejenis. 

Cukup nyobain aja, gak lagi-lagi...

Maret 25, 2015

my collection : kasus untuk stop - stefan wolf



Sejak SMP, gue udah koleksi buku-buku novel. Keasikan ini dimulai ketika Perpustakaan di Sekolah zaman SD punya koleksi novel anak-anak yang bisa dipinjamkan seminggu sekali dengan membayar Rp. 50,-/ buku.

Bukunya sih seperti Lima Sekawan, Trio Detektif dan seri Malory Tower. Pulang dari Sekolah langsung cepet-cepet ke kamar dan 4 jam kemudian buku selesai dibaca, padahal jadwal peminjaman buku berikutnya masih minggu depan.

Besoknya suruh temen-temen yang pinjem buku novel di Perpustakaan biar cepet bacanya dan tukeran sama buku yang gue pinjem.

Lama-lama buku tersebut hampir habis terbaca semuanya. Satu-satunya cara buat tetep baca ya mesti beli. Duit jajan dikumpulin dan berakhir di toko buku.

Lumayan banyak koleksi buku gue ini dan gak jarang kalo lagi kangen suka baca ulang. Namun sekarang ini baca buku udah lumayan males mendingan nonton dvd, selaen karena mata gak kuat juga butuh waktu yang lama buat bacanya.

Gara-gara temen gue pinjem buku STOP dan gak dikembalikan selama 2 tahun, gue jadi sibuk nagihin dan dengan santainya dia cuman ngomong, "Ntar ya dicari dulu" Gubrak deh...

Setelah diteror terus selama 2 minggu dan itu juga gue ambil sendiri ke rumahnya, akhirnya buku koleksi STOP ini berhasil gue dapatkan kembali. Biasanya, orang yang pinjem itu lebih galak dibanding yang minjemin. Udah gak aneh.

Dan hobby membaca kembali dimulai.

Serial STOP ini cukup seru, bercerita tentang petualangan para personilnya menumpas kejahatan. Terlihat seperti one man show sebenarnya tapi ceritanya gak terlalu dibuat-buat seperti cerita detektif lainnya, lagi pula ada gambarnya sebagai ilustrasi.

Tahun 1993, harganya Rp. 4.000,- s/d Rp. 4.500,-/ buku. Terlihat murah bila dibandingkan dengan harga sekarang tapi zaman itu bisa dibilang mahal secara duit jajan sehari cuman Rp.500,-

Dari 32 serinya, gue punya 17 buku. Jadi pengen koleksi semuanya, sayang Gramedia udah gak produksi lagi. So, kalo dari para pembaca ada yang mau jual atau mungkin malahan mau beli, kontak gue aja ya. 

Berikut judul buku STOP selengkapnya :

01 Pencuri Lukisan Antik
02 Penujum Buta
03 Kubur Kosong di Tengah Rawa
04 Paket Bergambar Tengkorak
05 Setan Motor
06 Teror Melanda Kelas 9 A
07 Rahasia Vila Kuno
08 Melacak Gerombolan Pemburu Liar
09 Petualangan di Tepi Laut Utara
10 Panik di Sirkus Sarani
11 Gerombolan Pemalsu Uang
12 Setan Api
13 Orang-Orang Suci dari Atlantis
14 Manusia Ular
15 Serangan dari Antariksa
16 X7 Tidak Menjawab
17 Si Kembar Terancam Bahaya
18 Misteri Tukang Sihir
19 Harta Karun di Gua Naga
20 Rahasia Guci Antik
21 Gerombolan Pemasang Bom
22 Dalam Cengkeraman Harimau
23 Pertarungan Mata-Mata
24 Berlian Berbahaya
25 Misteri Topeng Hitam
26 Drama Penyanderaan di Sekolah Asrama
27 Bandit-Bandit di Hotel Istana
28 Pengkhianatan di Lembah Neraka
29 Teror Penculikan Anjing
30 Perang Melawan Mafia
31 Pembunuh Bayaran
32 Perahu Penyelundup 

Tulisan berwarna merah berarti gue punya bukunya ya.

minggu ulang tahun @ fuku ramen, bandung



Sepertinya sudah cukup lama pengen makan di rumah makan yang satu ini cuman selalu terlewat. Begitupun ketika kami akhirnya makan di sini satu bulan yang lalu, terlewat sampai Istana Plaza ( IP ) dan jalan kaki sedikit.

Saat itu waktunya makan siang, lumayan rame.


Pesanan kami adalah Chicken Chasu Ramen ( IDR 37.000,-) dan Beef Chasu Ramen ( IDR 38.000,-) sedangkan untuk minumannya, kami pesan Cold Ocha ( IDR 6.000,-) yang bisa di refill.

Karena ramen-nya homemade dan bebas dari pengawet tentu saja kami suka. Rasa dari kuahnya juga enak bener-bener gak salah pilih tempat untuk makan siang yang nyaman dari teriknya cuaca panas di luar.

Yang sangat disayangkan tidak adanya menu sushi. Mungkin rumah makan ini hanya berkonsentrasi pada menu ramen saja.


Untuk makanan penutup, kami pesan Ogura Ice Cream ( IDR 9.000,-) yang lembut dengan cacahan kacang merah dan taburan wijen hitam. Minggu yang sempurna untuk merayakan ulang tahun gue dengan sang soul mate.

Positif lainnya yaitu waiter/s nya menyenangkan dan sopan. Selain itu harga makanan hanya ditambah 10 % untuk tax. No service charge.

Promosi berlaku dari hari Senin – Jumat pukul 13.00 – 16.00 untuk pembelian ramen tertentu sudah termasuk dengan ocha. Tanyakan kembali untuk promo tersebut siapa tahu sudah tidak berlaku lagi.

Fuku berarti kebahagiaan atau kemakmuran. Yah, semoga hidup gue penuh kebahagiaan dan kemakmuran di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

Happy birthday to me.

Fuku Ramen
Jl. Pasir Kaliki no 71A, Bandung
Telp : 022 - 6042811

Maret 14, 2015

operator tur yang sangat tidak recommended

Jalan-jalan pake tur kadang gak terhindarkan ya. Sekali dua kali dalam idup pastilah pernah pake jasa tur walaupun kita tahu pake tur itu lebih mahal dan gak bebas. Memang betul, segala sesuatunya jadi gak libet, gak pusing ini itu tinggal bawa diri doang. Namun, apa sebanding harga sama pengalaman yang didapat? Let me say, “No.” Big no no actually. Berikut beberapa pengalaman yang bener-bener bikin gue naek darah.


April 2009, pernah ikutan tur Ujung Genteng di Sukabumi yang startnya dimulai dari Jakarta. Harga tur-nya murah cuman di kisaran 500 ribuan termasuk nginep 1 malam. Kami bertiga dengan seorang temen cewe dan sepupunya, rombongan lainnya entahlah gak kenal. Satu bis kira-kira 30 oranglah.

Gue ikut tur ini karena kalo ke Ujung genteng itu jalannya gak bagus, pake mobil sendiri bisa-bisa turun mesin. Mending ngeluarin duit segitu deh, pikir kami tuh begitu.


Sebelumnya, temen gue ngecek alamat si sunb*rst adv*nture yang kebetulan berdomisili deket kantornya. Yah, hari gini kalo bisa dicek kenapa enggak. Lima ratus ribu juga duit, man. Setelah benar itu rumahnya barulah kami bayar down payment. Sisanya kami bayar pas hari H.

Singkat cerita, tempat wisatanya sih bagus, secara kami suka pantai. Sampai keesokan harinya kami ikut optional tur ke Pantai Cipanarikan sewa ojek. Gue dan temen gue itu ikut ke Cipanarikan, tapi sepupunya enggak ikut karena sakit kepala. Ya udah dong…

Beres dari Cipanarikan, dikasitau kalo sarapan udah siap tinggal diambil aja. Gue ambil 3 bungkus nasi buat gue, temen gue dan sepupunya itu. Rencana mau makan di kamar aja. Eh, tiba-tiba yang punya tur-nya tereak dengan nada songong,”Ambilnya seorang satu dong, nanti yang laen gak kebagian!” Jadilah kami menerangkan kalo kita tuh bertiga, masa lupa sih. Dia malah balik nanya, “Kenapa, dia gak ikut ke Cipanarikan?”  Aneh ya, ini kan optional, suka-suka dong mau ikut atau enggak lagian gitu amat, gara-gara nasi bungkus aja ampe segitunya.

Kalo mau jujur, gue gak suka digituin. Yaiyalah…mending kebukti gue salah. Catet ye, sunb*rst adv*nture, Jakarta. Gak bakalan ikutan lagi. Gila aja dibentak gitu, emangnya gue siapanya elo? Lagian yang punya tur tuh mustinya membaur dengan semua peserta bukan deketin peserta dengan rombongan yang terbanyak. Beneran loh, yang cuman berdua-dua pasangan dan kami yang bertiga tuh dicuekin aja. So, sunb*rst adv*nture not recommended.


Pertama kali ke Bali tahun 2008, gue pernah pake bis selama 36 jam dari Bekasi pake p*langi tour & tr*vel. Yang bikin gak recommended, gak sesuai dengan itin yang udah tercantum, jadi ada beberapa objek yang di skip, ya kita pada marah-marah lah. Sampai akhirnya pas lihat Museum Bajra Sandhi, kami sepakat turun dari bis dan masuk lihat museum-nya dengan biaya sendiri. Saking keselnya.


Paling parah pas pulangnya kan mampir ke Bromo. Entah ada masalah apa padahal kami udah stand by dari pukul 2 pagi tapi perginya telat dan sampai Bromo udah terang benderang sekitar pukul 7 pagi.

Yang bener aja keles, ke Bromo itu kan mau lihat sunrise. Pokoknya semua orang udah ngedumel aja. Ngedumelnya bukan ini aja sih, banyak hal kek makannya mie goreng, sop dan ayam goreng melulu. Gue sih ya udahlah ya, tur murah bisa makan 3x itu udah ok. Mereka maunya murah tapi enak juga kali ya. Hahaha… p*langi tour & tr*vel not recommended.


Cerita berikutnya pas lebaran 2013, mau ke Aceh dari Medan pake tur n*xt adventur*. Harganya lumayan mahal tapi kami pikir ya pas lebaran juga kali ya, sutralah.

Kekesalan pertama, setelah sampai di pelabuhan mau nyebrang ke Sabang, kita gak dikasih kepastian mau nyebrang jam berapa. Saat itu lebaran hari pertama, petugasnya juga pasti lagi pada sholat. Namun yang punya tur-nya bilang,”Taun kemaren, gak gini kok.” Mau marah gak sih? Walaupun sudah berkali-kali bawa tur tapi di cek lagi dong penyebrangan ter-update. Jadi timingnya pas dan kalo nunggu juga yang wajarlah.

Gue lupa nunggu berapa jam tapi ada kali 8 jam. Sampe akhirnya sambil nunggu mendingan gue tour sendiri pake becak di Aceh. Bayangin aja pelabuhan belom buka, duduk di ubin dan gak tau mau ngapain.


Nyampe Sabang udah malem dan mau bagi kamar aja nunggu sekitar satu jam. Gak tau yang punya tur-nya di mana. Peserta sampe 2 bis, yang urus cuman sendiri. Gila aja.

Makan malam nunggu lagi karena lauknya belom mateng, masih dibakar. Mau mampus gak sih? Apa-apa telat, apa-apa nunggu. Mau beli sendiri gimana, mau nungguin juga kelamaan. Makan malam akhirnya tersaji pukul 9. Hari pertama, keburukannya udah seabrek. Mati aja. Udah gitu ada yang gak kebagian lauk karena ada yang ambil 2 porsi. Gak bisa bayangin orang yang gak dapet makan itu kek gimana mukanya. Kami ber-6 cuman ngoceh-ngoceh sambil makan. Ini tur bo, bukan pergi ngeteng.

Hari kedua juga sama. Nunggu lagi gak jelas. Gak ada pengumuman makan pagi pukul berapa, berangkat pukul berapa. Otomatis karena kebanyakan nunggu jadinya pas di objek wisata cuman bentar dong. Bayangin, ke Pantai Sumur Tiga yang famous itu cuman di kasih waktu setengah jam. Itu kan pantai paling keren di Sabang.

Mau snorkeling nunggu juga, gak tau kapan dibagiin snorkel-nya.

Dan pas makan malam hari ke-2, seperti biasa gak tau pukul berapa. Mending makan duluan pake duit sendiri. Memang parah banget sih pelitnya tur ini. Selain sering telat, makan selama tur juga gak full meal. Udah bayar mahal, gak dapet makan pula. So, kalo ikut tur selain lihat itinnya jangan lupa cek lagi dapat makan berapa kali, itu penting banget karena berhubungan dengan budget.

Balik lagi ke Aceh, sampe pelabuhan cuman ada 1 bis. Bis yang satu lagi gak dateng. Otomatis kita nunggu lagi. Dua jam. Waktu segitu, city tur bisa dapet 2 objek wisata. Walaupun sebelomnya gue udah city tour sendiri gak ada salahnya kan ikut lagi toh udah termasuk paket tur. Akhirnya lagi-lagi ada objek wisata yang dikorbankan.

Makan siang terakhir, lebih parah dari makan-makan sebelumnya. Seperti biasa nunggu 1 jam. Kami berkelompok duduk di satu meja, lauknya di share untuk beberapa orang dengan pembagian yang gak rata. Ada yang dibagi untuk 4 orang ada yang untuk 6 orang dengan lauk yang sama. Huh, gila banget dah. Bahkan temen gue ada yang minta jatah lauk dari meja kami karena mereka ber-6. Gila aja tur apaan sih sampe parahnya dari awal sampai akhir? Saking keselnya udah numpuk, gue komplain berat sama pemilik tur-nya yang gak ikut via bbm, namanya Kristin. Dia sih bilang minta maaf, tapi dia tetep bela tur-nya kalo selama ini gak pernah ada komplain berat kek gini, ini juga bukan perjalanan pertama kalinya dan pembelaan gak penting lainnya.

Temen gue juga ikutan komplain dan merasa gak enak karena dia yang ajakin kami ikut tur ini. Nasi udah jadi bubur. Gue bayangin keuntungan dari si empunya tur yang bisa mencapai setengah dari biaya tur. Darah gue mendidih. N*xt adventur*, Medan really not recommended. Oya, tapi peserta tur yang asli orang-orang Medan sama sekali gak kedengeran ada komplain. Gak ngerti kenapa...apa karena ya udahlah yang penting bisa maen atau karena sama-sama orang Medan ya cincai lah. No idea.


Tarik nafas dulu. Ini cerita yang terakhir. Ini tur waktu ke Cina tahun 2013. Tur dari Surabaya, namanya paramo*nt tour & trav*l.

Pesertanya kebanyakan orang-orang tua yang pengennya duduk di pesawat bareng, di train bareng dengan mengorbankan kami yang masih muda-muda untuk nyempil diantaranya. Sangat mengganggu sebenernya. Lah emangnya kami gak dianggap? Kami gak bayar? Kami juga pengen dong duduk sama teman sendiri bukan sama orang-orang gak dikenal.

Belom lagi ada peserta yang suka nyinyir gak jelas, ngatur sana ngatur sini. “Kalo makan musti abis loh ya.” Anaknya kali gue…

Tour guide-nya super duper nyebelin. Giliran kami yang telat sekali doang, ngocehnya gak berenti-berenti. Pas, tante-tante gila yang selalu telat karena kelamaan belanja gak pernah ditegor. Gak adil. Gue garis bawahi selalu telat.

Kesel lainnya, tour guidenya rada kepo. Giliran narsis foto sendiri, komen. Giliran foto-foto pemandangan komen juga. Hadeuh…kenapa repot coba, toh gak nyusahin dia.

Pesawat terakhir dari Hong Kong ke Surabaya gue duduknya di tengah-tengah suami istri peserta tur. Gue udah ngoceh aja, lah yang bener aja atuh, emangnya gue kambing congek sampe sebegitunya. Suami istrinya juga rada gak tau diri juga sih. Mau enaknya sendiri gak mikirin orang laen. Karena liat muka gue udah mau meledak akhirnya dikasih duduk di jendela. Hahaha finally.


Mustinya tour guide bikin keputusan yang gak cuman nguntungin pihak tertentu aja. Kalo bisa semua pihak senang kenapa enggak kan? Jangan sampai mengutamakan kepentingan tertentu dan mengorbankan pihak yang lainnya. Kenapa? Karena semua peserta mempunyai hak yang sama. Kalo tujuannya ngincar si tante bakalan kasih tips sih, gue rasa gak bakalan dikasih. Jamin.

Akhir perjumpaan, si tour guide minta maaf sama temen gue kalo selama tur banyak hal yang tidak menyenangkan. Untung gak ngomong ama gue bo, kalo iya yang ada bakalan melengos dengan anggun sambil sibak rambut sasakan gue.

Masih mau ikut tur? Sayangnya sih iya kalo nanti pergi ke Israel. Hahaha damn it.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...