Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Tampilkan postingan dengan label vihara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label vihara. Tampilkan semua postingan

Februari 13, 2012

cap go meh sukabumi ( 2013 )










Setelah puluhan tahun ga pernah liat Cap Go Meh, akhirnya kemaren nonton juga. Kebetulan pusat perayaannya di Kelenteng deket rumah jadi ga pusing.

Biasanya cap go meh itu diperingati di hari ke-15 setelah imlek, tapi dari dulu untuk perayaan di Sukabumi biasanya molor dan gak pas 15 hari.













Orang bilang, perayaan tahun ini gak semeriah tahun lalu. Gue sih ga peduli. Buat gue lumayan meriah. Orang-orang dari siang udah rame, yang jualan makanan apalagi...udah stand by dari pagi. Belom lagi panitia Kelenteng yang pake baju merah-merah. Bahkan ujan yang datang tiba-tiba dari siang gak bikin bubar...










Kirab ngiterin kota dilakonin selama 5 jam dari start sampe finish di daerah Odeon, pecinan-nya Sukabumi.













2 jam terakhir sebelom perayaan ini berakhir, se-Sukabumi gue rasa tumplek di depan kelenteng. Gue juga udah ga peduli ujan-ujanan, becek dimana-mana sambil jeprat jepret kamera, belom lagi keinjek-injek orang & kecucuk payung orang. Huh...kapan lagi lah...denger-denger tahun depan belom tentu ada karena ada Pemilu.










Yang diarak tuh Toa Pe Kong dari Dewa dan Dewi yang mereka sembah. Disamping sebagai pelestarian budaya, kegiatan ini juga merupakan manifestasi dari pelaksanaan ritual keagamaan Tao, Budha, serta Khonghucu. Toa Pe Kong ngajarin rasa hormat, kerjasama agar setiap orang memiliki rasa kemanusiaan.










Selain Toa Pe Kong, ada puluhan barongsai & liong yang atraksi unjuk kebolehan. Pengunjung banyak banget yang kasi ampau sama barongsai, bahkan bapa-bapa sebelah gue kasih ampau ke semua barongsai, sambil elus-elus kepalanya. Hadeuh...maknanya apa ya? Biar berkah banyak rejeki kali ye...










Tapi barongsai yang paling keren dari semuanya adalah si Djie Say...garang, macho & matanya ijo...kembali ke puluhan tahun silam, saat gue masih kecil...gue pernah nonton cap go meh sambil duduk diatas pundak Babeh...saat itu gue ketakutan karena serem banget ya...kan ga ngerti juga itu apaan sih...*Ah ingetan gue masih ok ternyata.










Sayang, ujan ga bisa kompromi...jadi hasil foto juga ga gitu bagus. Belom lagi payung dimana-mana bikin rusak pemandangan aja...

Kemeriahan terus berlanjut sambil nyalain kembang api diatas langit kelenteng.

Ternyata yang partisipasi gak cuman dari Sukabumi aja, tapi juga dari kota-kota sekitar seperti Jonggol, Cianjur. Btw, Cianjur bahkan punya liong merah keemasan yang keren banget, Seluruh tubuhnya nyala pake lampu. Wuidih...

Sekitar jam 9-an kerumunan udah mulai bubar, pulanglah gue payungan sambil pelukin Mom...kalo Babeh sih pake topi jadi jalan duluan...hihihi.

Untung jaman udah berubah, pas jaman Soeharto mana ada beginian...semua disuru mingkem...Intinya budaya apapun akan terasa menarik, apalagi kalo tetap dilestarikan ampe generasi mendatang.

Januari 11, 2012

pagoda avalokitesvara semarang


Dari Semarang menuju ke kota Ungaran pastilah kita melewati kompleks Vihara Buddhagaya Watugong.


Dari kejauhan sudah terlihat pagoda yang menjulang setinggi 45 meter dengan 7 tingkatan yang berarti bahwa seorang pertapa akan mencapai kesucian pada tingkat ketujuh.

Pagoda ini dibangun dalam waktu 10 bulan saja. Diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bp. H Mardiyanto tanggal 14 Juli 2006.


Di halaman menuju Pagoda. ditanam pohon Boddhi, pohon yang dianggap berjasa kepada Sang Buddha Gautama pada saat mencapai pencerahan sempurna. Makanya di bawah pohon tersebut terdapat patung Buddha sedang bersemedi.


Menuju ke arah Pagoda, Pagoda ini bernama Pagoda Avalokitesvara. Saking tingginya bangunan ini mendapat predikat Vihara tertinggi di Indonesia oleh MURI.

Pagoda ini mempunyai 8 sisi dengan ukuran 15 x 15. Di lantai pertama terdapat 5 patung di tiap sisinya.


Tiga sisanya berupa pintu masuk ke arah arca Sang Buddha.

Gue pikir ada tangga menuju ke puncak, ternyata tidak ada. Jadi di dalam bangunannya kosong saja.

Dari tingkat 2 sampai 6 terdapat patung dewi Kwan Im yang ditempatkan searah 4 mata angin, katanya sih biar kasih sayangnya memancar ke semua arah.

Di bagian puncak Pagoda terdapat stupa untuk menyimpan relik (butir-butir mutiara) yang keluar dari Sang Buddha.


Tiang berupa ukiran naganya keren banget, katanya sih didatangkan khusus dari China.



Belum lagi relief di tangga menuju ke tingkat pertama. Benar-benar memanjakan mata.

Di samping Pagoda ada arca Sleeping Buddha. Cuman mungkin penempatannya kurang bagus jadi agak merusak pemandangan.


Selain itu ada Dharmasala. Gedung Dharmasala terdiri dari dua lantai. Lantai dasar digunakan untuk ruang aula serbaguna sedangkan lantai atas untuk ruang keagamaan. Di lantai atas ini terdapat patung Sang Buddha dengan posisi duduk yang merupakan duplikasi dari Buddha Rupang di Candi Mendut.



Pokoknya kompleks ini benar-benar menarik dan patut dikunjungi dan dari segi manapun akan terlihat bagus. Keindahan arsitekturnya patut diacungi jempol. Apalagi nanti akan dibangun patung Buddha setinggi 36 meter dari perunggu...wuihhh akan tambah megah saja.


Cuman sayang, pengurusnya yang berada di sana tidak terlalu ramah. Memang diperbolehkan untuk foto-foto tetapi banyak aturannya seperti tidak boleh masuk ke ruang utama dan tidak boleh foto sewaktu ada pengunjung. Bila menggunakan bahasa yang lebih santun, tentu gue akan sangat menghargainya, karena ini bukan pertama kalinya gue berkunjung ke Vihara dan lumayan mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.


September 07, 2010

imlek 2010 di vihara dharma bhakti, petak sembilan










Imlek tahun ini jatuh pada hari minggu. Sebagai warga Indonesia keturunan chinese, tentunya saya merayakannya. Tetapi sekarang ini walaupun imlek diperingati sebagai hari besar nasional dan diperingati meriah diberbagai kota, buat saya itu hanya sekedar tradisi.










Apalagi kalau kita masih mempunyai tetua yang masih merayakannya, adalah menjadi keharusan untuk berkumpul bersama keluarga, makan bersama dan saling silaturahmi. Mungkin moment itu yang selalu didapat di setiap tahunnya.










Tetapi untuk tahun ini saya merasa bosan dengan rutinitas seperti itu. Saya ingin sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya tentunya dengan kamera saya. Setelah google sana sini maka didapatlah suatu objek yang terkenal, tidak jauh dan kebetulan saya juga belum pernah kesana. Adalah vihara dharma bhakti petak sembilan yang selalu ramai dibanjiri pengunjung pada hari raya imlek.













Untuk ke tempat ini kami hanya datang ke daerah glodok. Tanya sana sini juga orang pada tahu. Berhubung saya malas bertanya jadilah kami malahan ketemu dengan beberapa vihara lain yang masih berdekatan didaerah glodok itu. Tetapi karena saya merasa bukan yang dicari maka kami mulai bertanya juga.

Akhirnya dari jauh juga sudah bisa ditebak dari banyaknya kerumunan orang disekitar vihara. Dan memang betul inilah vihara yang kami cari.













Di kompleks tersebut terdapat beberapa vihara yang mungkin terdapat beberapa dewa yang berbeda2. Dan di vihara yang lebih kecil ini, kayaknya lebih tenang, dekor nya keren dan para fotographer muda juga pada betah disini. Fotographer? Iya, gak tau juga sih dari perkumpulan mana, atau dari majalah/ suratkabar mana atau mau jeprat jepret doang seperti saya. Tapi lensa kameranya lebih panjang deh, bukan sekedar kamera saku.










Sebenernya yang ibadah juga jadi terganggu dengan kehadiran kami. Secara kami kalau dapat moment bagus langsung klik tanpa bilang-bilang. Tapi objek yang difoto juga gak risih, mungkin udah terbiasa tiap tahunnya dengan kehadiran fotographer. Gak tau juga sih. Kalau saya jadi mereka mungkin udah saya pelototin. Hahaha...













Dari situ kami mencoba keluar untuk melihat suasana di pelataran. Banyak orang yang baru datang sudah siap2 mengambil hio untuk dibakar dan dipakai untuk sembahyang. Yang datang pun beraneka ragam. Dari yang berpenampilan biasa pakai sandal jepit sampai yang glamor kayak mau manggung. Sah aja sih. Yang walaupun dalam cara berbusana mereka berbeda ternyata satu hati menyembah Yang Kuasa dan meminta perlindungan dan rejeki di tahun yang akan datang.













Di depan vihara utama terdapat meja hio yang sangat besar muat untuk ratusan hio. Disinilah orang berdoa memanjatkan puji dan syukur juga untuk berkah dimasa yang akan datang.










Vihara utama sangat luas, dengan pintu besar bergambar dewa dihiasi dengan hio berbentuk obat nyamuk bakar. Wah ini jadi favorit saya pastinya. Lilin-lilin ribuan kati bertebaran, pengunjung semakin penuh membuat gerak semakin terbatas dilingkupi dengan asap dupa jadilah kami semaput dengan sukses gak bisa nafas.













Kami langsung istirahat diluar sambil menghirup udara segar. kami belum berniat pulang secara masih belum puas explore.

setelah beberapa waktu kami masuk lagi ke area vihara utama dan beginilah suasana disana waktu itu ...










Ada satu foto yang saya suka, yaitu waktu seorang bapak2 yg sedang pai-pai. eh, ada fotographer lain yang sedang hunting foto juga dan ikut kefoto dan momentnya gak bisa seperti itu lagi. Ah rese...










keinginan hati ingin memaksakan diri lebih lama lagi tetapi mata tidak bisa kompromi. Akhirnya kami sudahi juga hunting foto imlek ini. lumayan berkesan...
























Diluar vihara, pengemisnya aduhhhhh banyak bgt...yah bolehlah ya berbagi rezeki, tapi kalau sebanyak ini hmmm...yang juragan2 aja deh










Dan akhirnya saya juga punya foto narsis di imlek ini. its d best part. Hahaha...
Selamat hari raya imlek bagi yang merayakan ya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...