Tahun 2007 kemarin, gue nonton Jiffest bareng best friend gue Santo. Kebetulan filmnya bagus dan sukses jadi favorit gue makanya masih membekas dan gue mau berbagi ceritanya.
Adalah Maxi ( Nathan Lopez ), anak bungsu umur 12 tahun dari suatu keluarga menengah ke bawah di Philipina yang hidup sama kedua kakak cowo & ayahnya. Ibunya diceritakan udah meninggal.
Hidup di lingkungan kumuh gak berarti Maxi kehilangan kasih sayang, dia malah dipuaskan dengan kasih sayang yang berlebih dari keluarganya. Makan bareng di meja makan adalah suatu keharusan, semua kumpul, mesra dan melupakan kesusahan di hari itu.
Sehari-hari Maxi gak ngapa-ngapa in, gak sekolah, kadang main di tetangga-tetangganya dan cuman sibuk ngurus kerjaan rumah tangga di rumahnya, kayak nyapu & masak dan dia seneng-seneng aja ngelakuin semua itu. Walaupun dia seorang lelaki tapi dia senang banget sama alat make up, dandan pake perhiasan dan berakting seperti seorang perempuan.
Yang menyenangkan, keluarganya sangat protective dan menerima segala kelebihan dan kekurangannya itu. Tapi tidak dengan teman-temannya yang selalu mengejeknya dengan sebutan “Banci.“
Suatu waktu, Maxi hampir dianiaya tapi diselamatkan oleh Victor ( J.R Valentin ) seorang polisi ganteng yang gak punya pacar, dan seksualitasnya gak pernah terungkap. Hari-hari berikutnya diisi dengan Maxi yang jatuh cinta setengah mati sama Victor, bawain makan ke kantor polisi buat Victor, Victor dan Victor. Victor gak pernah nolak, sekalipun Maxi mencoba mencuri cium sekali pun.
Sebenernya, Victor manfaatin keadaan itu buat ngorek-ngorek keterangan dari Maxi soal pembunuhan yang lagi ditanganinya.
Keluarga Maxi sebenernya gak suka, kalo dia sering berhubungan sama Victor yang suka mengusik keberadaan mereka yang berprofesi sebagai maling. Maxi merasa dilema karena dia juga gak mau keluarganya dijeblosin ke penjara, tapi juga gak mau kehilangan Victor sebagai orang yang dicintainya.
Kejahatan gimana pun terungkap juga, sampe ayahnya Maxi harus mati ditangan atasannya Victor yang dendam pribadi dengan masa lalu mereka.
Keutuhan keluarga ini semakin diuji ketika Maxi melindungi kakaknya yang terlibat pembunuhan, tentu saja Maxi gak mau semuanya mati ninggalin dia. Kakaknya juga begitu peduli dengan perasaannya itu apalagi ketika Maxi patah hati karena Victor, laki-laki yang dicintainya itu malahan membiarkan ayahnya mati begitu aja.
Banyak adegan menarik di film ini seperti ketika Victor sakit, Maxi langsung pergi ke tempat Victor dan merawatnya. Dan ketika Victor mandi, Maxi pengen banget ngintip, yang ada malah kita yang nonton yang deg-degan.
Akhirnya setelah 90 menit berlalu, film ini berakhir dengan ending si Maxi yang mau pergi sekolah, dari jauh si Victor udah nungguin di luar mobilnya, ngerokok dan keren. Pas udah deket, Maxi sempet ragu sejenak, tapi akhirnya malah jalan mengabaikan si Victor.
Ending yang memang tidak happy ending tapi malah suka, karena hidup ini gak selalu indah, tapi juga penuh dengan pilihan. Gak semua yang kita inginkan dapat tercapai tapi belajarlah untuk menghargai hidup itu sendiri.
Life for today not yesterday.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar