Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Juli 12, 2017

petualangan di inle lake


Bis dari Mt Kyaiktiyo ke Yangon tuh the worst ever. Ber- AC tapi panas dan suhu di luar juga panas. Ah, gak nyaman. Dua jam perjalanan pertama rasanya mau turun aja. Mau tidur gak bisa, mau duduk juga gak betah.

Sampe ada orang lokal yang bisa Bahasa Inggris dan ngomong sama traveler asal Perancis yang duduk di belakang gue untuk pindah karena di belakang AC-nya dingin. Eh, si bule gak mau pindah, yowis, gue yang pindah...dan dingin...

Dingin sekejap dan tiba-tiba se-bis pada komplain, dibukalah semua jendela di bis. Dingin berganti menjadi angin panas...Oalah...

Perjalanan dari Mt. Kyaiktiyo menuju ke Yangon ditempuh dalam waktu 4 jam.

Turun dari bis di Aung Mingalar Bus Station, gue langsung bergegas cari JJ Express dan gak langsung ketemu. Malahan supir-supir taxi yang deketin gue dan nawarin untuk ke down town Yangon. Dari nada C = Do sampai A = Do, mereka gak ngerti kata, "No."

Gue udah senewen abis, karena waktunya mepet banget. JJ Express punya jadwal bis dari Yangon menuju Inle Lake pukul 18.00 dan itu pas-pasan. Pokoknya harus bisa dan mesti bisa.

Nanya sana-sini, akhirnya sampai juga di pool JJ Express, gue langsung tanya masih ada tiket gak untuk ke Inle Lake? Sambil senyum, mbaknya bilang ada. Omaigat, Puji Tuhan...on schedule juga nih itinerary gue.

Memang on schedule, tapi gak sempat ambil koper dulu di Yangon. Jadinya yang ada di ransel aja. It's not a big deal, right?


Berapa mbak harganya?  24.300 Kyat. Omaigat mahalnya...tapi gak nyesel, sangat worth it.

Dua belas jam lamanya, gue terombang-ambing di bis JJ Express menuju ke Inle Lake dari Yangon. Starting pukul 18.00 dan tiba pukul 06.00. Seharusnya bis yang kami tumpangi bisa lebih cepat kalau tidak banyak berhenti selama perjalanan. Molor 1- 2 jam dari schedule yang telah ditentukan.


Bagusnya, JJ Express ini full service dengan konfigurasi seat 2-1, dapat snack, coffee, blanket dan tissue basah untuk lap muka. Kalau gak bisa tidur, bisa nonton film.

Walaupun bis tersebut tidak punya toilet, tapi beberapa kali berhenti di tempat makan untuk buang air kecil dan mengisi perut kalau dirasa lapar.


Sekitar jam 6 pagi, bis berhenti dan kami didatangi petugas untuk membayar zona Inle Lake sebesar 12.000 Kyat. Awalnya petugas tersebut hanya mengincar orang bule, gue yang bertampang Asia terlewatkan. 

Ternyata kejujuran gue diuji di negeri orang. Gue panggil petugasnya, buka dompet dan bilang kalo gue turis. Bayarlah gue Rp. 120.000,- 


Bayar itu menyakitkan memang tapi kalau kita sudah memutuskan untuk traveling, jangan sampai mencoreng nama negara yang tercantum di passport kita demi menghemat uang yang memang wajib dibayarkan. 

Apa sih tepatnya yang kita bayarkan itu? Inle Lake menurut Unesco adalah cagar biosfer yang dilindungi. Masih gak mau bayar? 


Banyak traveler yang posting dan bangga ketika mengunjungi tempat wisata berbayar tetapi gak bayar. Bisa karena gak ditagih atau ada kesempatan untuk itu. Secara pribadi, gue lebih menghargai traveler yang ngaku kere dan hanya foto dari depan objek wisatanya saja. 

Traveling itu mengajarkan kita banyak hal, salah satunya adalah tentang kejujuran. The choice is yours...semoga tidak salah pilih ya. 


Karena gue sama sekali belum booking apapun, jadilah gue nurut ketika ada seseorang yang menawari untuk full day tour. Belakangan diketahui namanya adalah Brother Wu.

Dia langsung membawa gue dengan tuk-tuk ke pangkalan perahu motor sambil menjelaskan semua tempat spot wisata dengan membayar 30.000 Kyat. Bengong lah gue, gak kemahalan tuh harganya? 


Di awal sempet bilang, mau cari hostel dulu buat mandi, biar segeran dikit baru deh mulai tour. Karena udah jam 6, gue sadar udah gak bisa lihat pesona Inle ketika masih berkabut dengan aksi nelayannya. Jadi ngapain juga buru-buru?

Banyak yang bilang, menyusuri Inle setengah hari sudah lebih dari cukup kok.


Nyebelinnya, si Brother Wu ini pake acara maksa dan harganya lumayan tinggi. Memang ini private karena hanya gue seorang pesertanya tapi kan gak gitu juga. Ketika gue pasang tampang kurang minat, harganya diturunkan menjadi 25.000 Kyat. Tuh kan?

Bete banget, gue langsung tinggalin aja tu orang. 


Gue pikir dia jujur dan kasih harga wajar ternyata dia pake mark up harga segala. Gue gak keberatan dengan private tour, kan gak mungkin juga nungguin banyak orang biar harga patungan.

Nyebelinnya, pas gue dapet tuk-tuk untuk cari hostel, si Brother Wu ini ngikut juga. Speak-speak gitu sama driver tuk-tuk dan di tengah jalan dia turun. Gue merasa dia ada niat yang tidak baik. 

Sampailah gue di Song of Travel Hostel, setelah ditanya ternyata tour Inle Lake-nya sudah berjalan dari pukul 05.00 pagi. Mati gak tuh? Ada join tour yang mulai pukul 10.00 tapi bakal jalan kalau ada yang daftar dan spot wisatanya tidak sama dengan yang pukul 05.00 pagi. Paniklah gue. 

Tunggu punya tunggu, gue bolak-balik aja ke receptionist untuk nanya-nanya sambil beli tiket bis untuk ke Bagan nanti malam. Karena udah sampe Inle Lake, kalau gak tour terus mau ngapain kan? 

Akhirnya si receptionist kasih pilihan private tour dengan harga 25.000 Kyat dengan spot wisata yang telah ditentukan. Ada yang 30.000 Kyat udah termasuk ke temple, gue langsung gak mau. Itu udah mahal banget dan beberapa hari kedepan juga bakalan lihat banyak temple di Bagan & Mandalay.


Mau cari tour di tempat lain juga susah dan makan waktu. Gak ada pilihan lain selain setuju dengan harga segitu. Eh, si driver tuk-tuk tadi ternyata stand by di depan nungguin gue. My God...

"Send him away, i dont need him," teriak gue kepada si receptionist dengan tensi naik. 

Sambil mandi, sarapan, beres-beres backpack, tunggu pukul 10 tiba, gue lihat-lihat panduan dari hostel mengenai objek wisata di Inle Lake. Cukup syok juga waktu lihat foto si Brother Wu, ternyata dia bekerjasama dengan pihak hotel dalam penyediaan boat.

Langsung ilfil.


Jadi gue tahu, ternyata yang dia obrolin sama si driver tuk-tuk itu nyuruh gue untuk bawa ke hostel rekanan biar gue tetep pakai jasa boat dia. Bangke kan?

Memang akhirnya harga yang ditawarkan tetap sama antara pihak hostel dengan si Brother Wu tapi gue udah keburu gak mood. Apalagi pas gue akhirnya dianterin lagi menuju ke pangkalan perahu motor, dia udah stand by dengan muka penuh kemenangan sambil nanyak, "Where do you come from?" Gue jawab aja dengan muka angkuh, " Malaysia."

Gimana kalau high season tuh, harganya bisa lebih gila lagi. Untungnya, bukan dia yang kemudikan perahunya. Hari yang melelahkan...Inle Lake yang menyebalkan, padahal tour belum juga dimulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...