Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Juli 01, 2017

makanan khas myanmar

Kulinari Myanmar tidaklah semenarik dan seenak masakan Thailand ataupun Vietnam. Lagipula Myanmar bukanlah surga kuliner, sekedar nyoba buat gue sih cukup.  

Selama di Myanmar, gue sama sekali tidak mencoba food street-nya, bukan karena mahal tetapi karena tingkat higienis yang cukup mengkhawatirkan. Banyak lalat yang mengerumuni makanan-makanan yang dijual di jalanan dan gue pilih sehat-sehat saja di negeri orang.

Berikut makanan yang menemani selama solo traveling ke Myanmar beserta harganya :

Mohinga - 500 Kyat
Mohinga isinya bihun campur jamur kuping, daging ayam, kaldu ikan campur ginger & lemongrass, telur puyuh dan taburan coriander plus irisan jeruk lemon. Rasanya? Uenakkk banget. Apalagi ditambah sedikit chilli flakes dan dimakan di malam hari sambil minum beer.

Walaupun Mohinga ada di seluruh Myanmar, tapi rasa di tiap daerah sangatlah berbeda. Harga 1 porsi dihargai 500 Kyat. Satu Kyat sama dengan Rp. 10,- 

Mohinga ini dimakan sewaktu perjalanan dari Yangon menuju ke Hpa An.

Lotteria - Ayam bumbu Korea - 4.400 Kyat
Di Yangon, gue malahan makan Lotteria. Menunya Ayam bumbu Korea dengan Iced Tea. Gak apalah toh di Jakarta juga beloman pernah makan ini. Rasanya? Not my favourite, actually...

Breakfast at Galaxy Motel - Serabi & Samosa - Free
Gue bayar kamar untuk 2 orang tapi hanya diisi gue seorang. Harga kamarnya sekitar Rp. 340.000,- dan sarapannya berupa Serabi dengan taburan parutan kelapa, Samosa khas India, Semangka dan secangkir kopi pahit. Kenyang, enak dan boleh nambah. Asiknya...

Fried Noodle & Singha Beer - 2.200 Kyat
Murah kan untuk mie goreng seabrek dengan topping tumpah-tumpah plus satu kaleng bir produksi Thailand? Gue cuma bayar Rp. 22.000,- 

Ini gue makan di Hpa An, sewaktu join tour bareng bule-bule.

Fied Rice & Myanmar Beer - 2.700 Kyat
Makan malam di Hpa An, gue pergi ke resto Chinese Food bernama Lucky 1. Nasi gorengnya legit karena dimasak dengan mentega. Yang unik kuah soupnya yang ditaburi kol mentah. Gak matching sebenarnya karena kuahnya suam-suam kuku. Mungkin disitu keunikannya? Who Knows?

Beer Myanmar lebih berasa karena lebih pahit dibanding Beer Singha yang produksi Thailand.

Mohinga - 2.000 Kyat
Mohinga versi lain yang dimakan di Golden Rock. Gak terlalu enak buat lidah gue karena terlalu kental, ada kriuk-kriuknya berupa gorengan apa entahlah.

Gue bayar Rp 20.000,- untuk semangkuk Mohinga plus air mineral 500 L dan satu can Pocari Sweat. Masih terbilang murah lah ya.

Khauk Swe Thoke - 2.400 Kyat
Mie goreng dengan saus kacang. Jujur ya ini enak banget dengan tambahan rasa coriander dan kerupuk. Sayangnya, selama perjalanan di Myanmar, gue gak nemu lagi Khauk Swe Thoke di tempat lain.

Dua makanan di atas adalah tersangka utama gue kena diare sewaktu dalam perjalanan menuju ke Inle Lake. Entah karena apanya. Apakah karena bubuk cabenya atau saus kacangnya? 

Shan Tea Leaf Salad - 7.000 Kyat
Untuk ukuran Myanmar, Shan Tea Leaf Salad dan Nasi goreng plus Mint Tea seharga Rp. 70.000,- itu mahal. Kalau di Indonesia dengan item yang sama dan harga segitu bisa dibilang murah.

Shan Tea Leaf Salad isinya Tauge, Tomat, Kacang Polong, Kacang Bogor dan Daun Teh Shan. Shan Tea Leaf ini rasanya seperti bakut kalo menurut gue. Untung porsinya sedikit, kalau banyak sepertinya udah enek duluan karena gue gak suka bakut.

Kenapa mahal? Karena makannya di Inle Lake. Inle Lake = mahal. Believe me!

Tea Time at Song of Travel - 6.750 Kyat
Sebenarnya, biaya 6.750 Kyat itu termasuk mandi dan tea time 2x, pagi dan sore. Jadi ceritanya, gue cuman numpang mandi doang dan dikenain charge tapi dapet free breakfast berupa Myanmar Tea dan roti kering. Gue cuman butuh numpang mandi karena emang gak ada rencana menginap di Inle Lake. Malam itu harus jalan ke Bagan.

Shan Noodle - 1.000 Kyat
Menuju ke Bagan, bus kami stop di satu tempat makan. Pesanlah gue Shan Noodle. Datanglah kwetiaw kuah dengan taburan mie goreng kering diatasnya. Rasanya ya gitulah, yang berbeda, mereka menyediakan asinan seperti acar sebagai condiment.

Waktu bayar ternyata uang 1.000 Kyat gue robek sedikit, awalnya mereka gak mau terima tapi karena gue insist, akhirnya mereka terima juga. Lah, emangnya gue dapet darimana tuh duit? Dari mereka-mereka juga kan.

Fried Noodle - 3.000 Kyat
Terkadang, kita gak perlu pusing cari resto mana yang enak, cukup lihat yang mana yang tempatnya rame. Kemungkinan enak walaupun belum tentu juga sih.

Di Bagan, gue lihat resto yang ramai dengan orang lokal, gue langsung nyempil dan pesen Fried Noodle dengan Juice Mangga plus Cakwe karena bikin ngiler dan penasaran.

Cakwenya memang panas tapi rasanya manis seperti kue bantal, enggak banget. Juice Mangganya juga aneh, itu cuman dipotong-potong gak di blender. Mie gorengnya dong porsi jumbo dengan topping semrawut. Bawang merah dan tomatnya juga asik dengan cocolan sambel.

Kenyang dan ling-lung dengan harga Rp. 30.000,-

Banana Split - 4.500 Kyat
Malam di Bagan, asalnya pengen makan lagi di tempat yang sama tapi kayaknya butuh sesuatu yang manis dan gue sebenernya udah ngincer satu cafe ice cream. Pesanlah gue Banana Split dan Lemon Coffee.

Banana Splitnya lumayan mengecewakan karena jadinya Tutti Fruti. Lemon Coffee-nya sih fine. But, it's ok, gue hepi sama Bagan. 

Breakfast at Ostello Bello - 7.000 Kyat
Hari pertama di Mandalay, gue harus bayar extra untuk hostelnya karena datang di pagi buta dan belum waktunya check in. Sama seperti di Inle Lake, gue harus rogoh kocek lagi Rp. 70.000,- tapi benefitnya dapat sarapan dan bisa bobo properly.

Hari kedua di Ostello Bello, sarapannya masih sama hanya pancake-nya diganti dengan nasi goreng.

Shan Noodle - 1.900 Kyat
Shan Noodle di Mandalay bentuknya seperti ini, Bihun dengan taburan daging ayam dan kuah terpisah. Rasanya sih lumayan, cuman sepertinya gak cocok dimakan di siang hari yang panas.

Harga segitu udah termasuk 2 botol minuman ringan bersoda. Murah lah.

Omelette Fried Rice 4.000 Kyat
Siang itu, di Mandalay, gue makan Fried Rice dengan Spring Roll. Eh, ternyata Spring Roll-nya dibalut dengan telor dadar juga. Rasanya boleh lah, apalagi udangnya napsuin banget. Isi perut dulu pokoknya sebelum jalan ke Amarapura.

KFC 4.000 Kyat
Gerai KFC di Myanmar terbilang cukup baru. Rasanya gak beda jauh hanya sedikit lebih kering. Yang membedakan hanya sambalnya yang gak familiar di lidah orang Indonesia. Kek sambal di Malaysia deh, gak nyaman di lidah tapi akhirnya terbiasa juga.

Harga di bandara tentunya lebih mahal, dengan item yang sama tapi minumnya dikasih ukuran yang kecil.

Breakfast at Mandalay Airport - 6.500 Kyat
Makan di bandara itu mahal dan gak enak. Di Mandalay Airport, makan burger kecil begitu, harganya amit-amit dan gak enak pula. Nyesel belinya.

Meal on flight Mann Yadanarpon Airlines - Free
Kalo tahu dapat meal on flight, gak bakalan deh makan di bandara. Walaupun ini juga sama gak enaknya. Hahaha, ya mending lah gak bayar lagi ini.

Yang lain juga pada gak dimakan, cuman diicip-icip dan berakhir di plastik sampah.

Ippudo - Karakamen 13.167 Kyat
Back to Yangon, seneng juga ketemu mal. Di Junction City gue makan Ippudo. Kebetulan sepi dan memang udah lama pengen nyoba makan di Jakarta tapi tahu sendiri antriannya bikin males.

Pas lihat bill-nya, hampir-hampir kejengkang lihat harganya yang aujubilah mahalnya. For sure, lebih enak Ikkudo Ichi, tapi gak apalah nyobain daripada penasaran melulu

Coffee Bean, Hot Chocolate 6.600 Kyat
Yang terakhir masuk mulut gue sebelum pulang, gue sempetin minum Hot Chocolate sebelum take off. Harganya lumayan mengganas. Gue mikirnya sayang banget itu Kyat gak dipake. Mau ditukar di bandara, money changer-nya belom buka. Ya sudahlah, foya-foya dikit sambil buangin pecahan-pecahan kecil yang kumel.

Overall, gak ada yang terlalu favorit ya makanan Myanmar kecuali Mohinga. Masakan India di beberapa tempat tersedia dan makanan khas Myanmar lainnya selain mie goreng dan nasi goreng juga ada tapi memang gak kepengen nyoba. Gerai Five Star Chicken, ayam goreng tepung waralaba ini menjamur di seluruh Myanmar, tapi gak pengen nyoba juga.

Next stop kalau ke Taiwan gue bakalan jajal food street-nya, apalagi Jepang. To die for...

Sekian report tentang kuliner khas Myanmar walaupun gak 100% Myanmar. Hihihi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...