Liburan kemarin di awal bulan
April, gue pergi ke Bangkok. Kotanya sendiri gak beda jauh dengan Jakarta.
Hanya saja untuk sarana transportasi sudah lebih maju. Mereka punya BTS
Skytrain dan Subway MRT yang mana Indonesia belom punya. Entah tahun berapa
bakalan terwujud, lah dikasih bus tingkat wisata aja pada heboh dan jerit-jerit
pengen turun seenak dewek, padahal kan gak bisa berenti di sembarang halte.
Kadang-kadang ya...
Yang pengen gue ceritain tuh
waktu itu kita mau cari tempat makan yang lumayan populer di Bangkok, tapi
nyarinya rada libet walau akhirnya ketemu sih. Pulangnya pas cari stasiun BTS,
eh malah nemu Erawan Shrine yang terkenal itu.
Hal terbaik dari traveling itu ya
menemukan hal-hal menarik yang tidak direncanakan sebelumnya. Kalau nemu objek
yang memang dituju kan emang wajib. Begitu juga ketika menemukan kuil ini
rasanya sangat menyenangkan.
Tempatnya berada di ujung jalan
besar dan selalu menyita mata siapapun yang melihatnya. Ciri-cirinya selalu
ramai dengan orang yang berjualan perlengkapan sembahyang dan tentunya
pengunjung yang antri untuk sembahyang.
Dulu, seseorang yang pernah deket
sama gue cerita kalau dewa ini sangat hebat. Saudaranya pernah sembahyang ke
sini dan meminta sesuatu dan ternyata doanya dikabulkan. Lumayan takjub
mendengarkan ceritanya.
Dan kemaren gue gak sengaja baca
ternyata di daerah Palabuhan Ratu tepatnya di Desa Simpenan, Sukabumi juga terdapat
kuil dengan dewa yang sama.
Waktu di sana, gue tanya temen
gue, kok gak ikutan sembahyang? Trus dijawab itu kan bukan dewa-nya gue ngapain
juga disembahyangin. Loh itu emang bukan Buddha? Bukanlah...Oooo...
So, emang dewa apa sih yang ada
di kuil Erawan ini?
Dewa ini bernama Phra Phrom atau
dikenal dengan nama Brahma Catur Muka dalam agama Hindu. Budaya Thailand
memujanya sebagai dewa keberuntungan dan perlindungan. Di luar Thailand dikenal
dengan nama Sie Mian Fo atau Buddha bermuka empat.
Ajaran Brahmana ini datang ke
Thailand hampir bersamaan dengan kedatangan agama Buddha. Namun, ajaran
Brahmana ini lebih dikenal dalam tradisi dan tata upacaranya sedangkan agama
Buddha lebih mendapatkan tempat sebagai agama resmi Thailand.
Konon katanya dulu ada pengunjung
yang memohon sesuatu kepada Dewa Brahma ini dan dia berjanji kalau
permohonannya dikabulkan maka ia akan menari telanjang sebagai ucapan syukurnya.
Ternyata doanya dikabulkan dan dia pun melaksanakan nazar-nya itu. Dan itu
menjadi berita besar yang cukup menghebohkan. Ketenaran patung ini menjadi-jadi
setelahnya.
Gue sampe terheran-heran ketika memperhatikan
orang-orang yang sembahyang itu memohon
pada masing-masing mukanya karena ternyata setiap mukanya memiliki aspek
permohonan yang berbeda-beda. Interesting.
Lebih detail mengenai sejarahnya bisa akses wikipedia.
Untuk ke tempat ini, silahkan naik BTS turun di stasiun Chit Lom atau Ratchadamri. Tinggal jalan kaki sedikit, kuilnya sudah keliatan dari jauh. Patokannya Hotel Hyatt Erawan.
Tiba-tiba gue kangen pengen ikutan yoga lagi, menekuk-nekuk badan diiringi lagu Hindu India yang menenangkan khas yoga. Hmmm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar