Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

September 16, 2014

someday i'll be back to wat arun


Liburan ke Thailand beberapa bulan yang lalu adalah traveling gue yang terakhir di tahun ini tapi rasanya kaya baru terjadi kemaren. Keindahannya masih terpatri di sanubari.


Setelah dari Grand Palace dan Wat Pho, objek terdekat yang pastinya juga wajib untuk disatronin adalah Wat Arun. Wat Arun sangat terkenal dan asik dilihat pada waktu sore hari walaupun sebetulnya lebih pas dilihat pada saat matahari terbit. Makanya perhentian terakhir gue untuk hari itu adalah Temple of the Dawn, nama lain dari Wat Arun.


Dari Wat Pho, cuman jalan kaki sedikit menuju penyeberangan perahu yang berada tepat di seberang Wat Arun. Kalo gak salah fee untuk nyebrang sungainya cuman 3 B. Tapi gue di charge 8 B. Soalnya pas balik, gue cuman bayar 3 B. Entah tantenya salah kembalian atau gimana.


Nyampe seberang, kalo semisal gak mau masuk area kuil, masih bisa menikmati dari luarnya dan gak perlu bayar tiket masuk. Banyak traveler yang cuman nikmatin dari luarnya aja, menurut gue sih sayang aja lah ya udah di situ kenapa juga mesti gak masuk. Tiketnya cuman 50 B doang kok.


Saat itu hari menunjukan pukul 3 sore waktu Bangkok. Masih berasa panasnya seharian di luar disengat matahari Thailand. Daripada ngubek-ngubek kuil jam segitu, mending duduk-duduk di bawah pohon deket patung-patung Budha untuk sembahyang. Adem. Ngantuk.

Dua jam kemudian eksplorasi dimulai.


Tempatnya sendiri emang strategis selain memang indah. Candi Budha ini terdiri dari 1 Candi utama dengan 4 prang di masing-masing sisinya dan 7 trisula ditiap puncaknya. Candi-candinya bukan seperti yang ada di Indonesia. Kalau di Indonesia, candi-candinya berupa relief yang mempunyai cerita. Di Wat Arun, candinya sangat khas Thailand dengan potongan-potongan porselen aneka warna yang disusun menjadi suatu bentuk yang bermakna dan ornament yang menarik. Selaen itu, tempat ini menjadi kuburan bagi abu King Rama II.


Kompleksnya sendiri lumayan bersih, hanya bangunannya sudah lapuk dimakan usia, maklum saja usianya hampir 200 taun. Tapi itulah bagusnya, kuno dan sarat akan sejarah.


Selesai berkeliling di pelatarannya, gue mulai naik menuju lantai 1. Lebih dekat dengan bangunan, gue lebih menyukainya lagi. Secara keseluruhan, bangunan ini memang layak untuk dinikmati.


Dengan sedikit mendaki tangga yang curam akhirnya gue naik menuju lantai 2. Pengunjung hanya bisa sampai di sini saja dan tidak bisa sampai ke puncaknya. Walaupun demikian, pemandangan yang terlihat lumayan menenangkan. Kita bisa melihat kompleks Grand Palace dari Wat Arun, beberapa kapal muatan yang melintasi Sungai Chao Phraya dan senja yang walau bukanlah yang terindah, entahlah, gue merasa bahagia aja. Walaupun libet bawa-bawa tripod dan kamera yang berat, gue merasa acara backpacking gue kali itu lumayan sukses.


Masih di lantai 2, ada kain berwarna emas yang diselubungi sepanjang dinding bangunan yang boleh ditulis apapun oleh para pengunjung. Gue rasa itu menjadi bagian yang terbaik dari Wat Arun karena semua orang bisa berekspresi pada tempat yang benar. Kain emas itu menjadi saksi kalo gue pernah ke sana.


Sekitar jam 6 sore, petugas mulai teriak-teriak kalau kompleks Wat Arun akan segera ditutup. Wah, cepatnya waktu berlalu. Walaupun demikian, gue menikmati quality time di Wat Arun.


Siapa nyana kalo seseorang yang gue lagi gila-gilain ternyata pernah ke Wat Arun juga dan foto di depan Buddha-nya. Yah, gue malahan gak foto di situ padahal waktu itu sempet pengen cuman kayaknya bosen. Sekarang nyesel deh. Apa ntar pergi bareng aja ya? Hahay tar ada yang cemburu.


*its for you, MJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...