Liburan ke Thailand beberapa bulan yang lalu adalah traveling gue yang terakhir di tahun ini tapi rasanya kaya baru terjadi kemaren. Keindahannya masih terpatri di sanubari.
Setelah dari Grand Palace dan Wat
Pho, objek terdekat yang pastinya juga wajib untuk disatronin adalah Wat Arun.
Wat Arun sangat terkenal dan asik dilihat pada waktu sore hari walaupun
sebetulnya lebih pas dilihat pada saat matahari terbit. Makanya perhentian
terakhir gue untuk hari itu adalah Temple of the Dawn, nama lain dari Wat Arun.
Dari Wat Pho, cuman jalan kaki
sedikit menuju penyeberangan perahu yang berada tepat di seberang Wat Arun. Kalo
gak salah fee untuk nyebrang sungainya cuman 3 B. Tapi gue di charge 8 B.
Soalnya pas balik, gue cuman bayar 3 B. Entah tantenya salah kembalian atau
gimana.
Nyampe seberang, kalo semisal gak
mau masuk area kuil, masih bisa menikmati dari luarnya dan gak perlu bayar
tiket masuk. Banyak traveler yang cuman nikmatin dari luarnya aja, menurut gue
sih sayang aja lah ya udah di situ kenapa juga mesti gak masuk. Tiketnya cuman
50 B doang kok.
Saat itu hari menunjukan pukul 3
sore waktu Bangkok. Masih berasa panasnya seharian di luar disengat matahari Thailand.
Daripada ngubek-ngubek kuil jam segitu, mending duduk-duduk di bawah pohon
deket patung-patung Budha untuk sembahyang. Adem. Ngantuk.
Dua jam kemudian eksplorasi
dimulai.
Tempatnya sendiri emang strategis
selain memang indah. Candi Budha ini terdiri dari 1 Candi utama dengan 4 prang
di masing-masing sisinya dan 7 trisula ditiap puncaknya. Candi-candinya bukan
seperti yang ada di Indonesia. Kalau di Indonesia, candi-candinya berupa relief
yang mempunyai cerita. Di Wat Arun, candinya sangat khas Thailand dengan
potongan-potongan porselen aneka warna yang disusun menjadi suatu bentuk yang
bermakna dan ornament yang menarik. Selaen itu, tempat ini menjadi kuburan bagi
abu King Rama II.
Kompleksnya sendiri lumayan
bersih, hanya bangunannya sudah lapuk dimakan usia, maklum saja usianya hampir
200 taun. Tapi itulah bagusnya, kuno dan sarat akan sejarah.
Selesai berkeliling di
pelatarannya, gue mulai naik menuju lantai 1. Lebih dekat dengan bangunan, gue
lebih menyukainya lagi. Secara
keseluruhan, bangunan ini memang layak untuk dinikmati.
Dengan sedikit mendaki tangga
yang curam akhirnya gue naik menuju lantai 2. Pengunjung hanya bisa sampai di
sini saja dan tidak bisa sampai ke puncaknya. Walaupun demikian, pemandangan
yang terlihat lumayan menenangkan. Kita bisa melihat kompleks Grand Palace dari
Wat Arun, beberapa kapal muatan yang melintasi Sungai Chao Phraya dan senja
yang walau bukanlah yang terindah, entahlah, gue merasa bahagia aja. Walaupun
libet bawa-bawa tripod dan kamera yang berat, gue merasa acara backpacking gue
kali itu lumayan sukses.
Masih di lantai 2, ada kain
berwarna emas yang diselubungi sepanjang dinding bangunan yang boleh ditulis
apapun oleh para pengunjung. Gue rasa itu menjadi bagian yang terbaik dari Wat
Arun karena semua orang bisa berekspresi pada tempat yang benar. Kain emas itu
menjadi saksi kalo gue pernah ke sana.
Sekitar jam 6 sore, petugas mulai
teriak-teriak kalau kompleks Wat Arun akan segera ditutup. Wah, cepatnya waktu
berlalu. Walaupun demikian, gue menikmati quality time di Wat Arun.
Siapa nyana kalo seseorang yang
gue lagi gila-gilain ternyata pernah ke Wat Arun juga dan foto di depan Buddha-nya.
Yah, gue malahan gak foto di situ padahal waktu itu sempet pengen cuman
kayaknya bosen. Sekarang nyesel deh. Apa ntar pergi bareng aja ya? Hahay tar
ada yang cemburu.
*its for you, MJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar