Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Juni 01, 2013

malam waisak 2013 tanpa lampion

Main altar
Kirab dari Candi Mendut berakhir di Candi Borobudur pukul 04.00 sore. Capeknya minta ampun, padahal gue sering jalan ama doggie gue tiap hari minggu selama 1 jam. Ini jalan 2 jam aja berasa lama dan capek banget.

The Borobudur
Candi Borobudur sepertinya gak pernah sepi dari pengunjung, tetap penuh sesak apalagi dengan adanya perayaan Waisak. Kira-kira udah pernah kesini 4-5x deh, sama sekolah untuk study tour waktu SMP, terus sama keluarga beberapa kali, dan gue masih inget gue sakit typus pulang dari Borobudur, entah kecapean atau kepanasan tapi emang jalannya jauh banget kalo gak fit bisa sempoyongan.

Incense
Mencoba untuk mengitari Borobudur, ternyata candi berbentuk bujur sangkar ini gak terlalu panjang untuk dilewati. Satu sisinya sangat cepat dilewati begitu juga dengan sisi-sisi lainnya. Sebenernya gue ke Borobudur ini sebagai pemanasan sebelom mencoba untuk menjajal Angkor Wat di Kamboja yang lebih luas.

Donations
Pradaksina : Berjalan searah jarum jam bermula dari arah Timur sebanyak 3 putaran. Itulah prosesi yang dilakukan para biksu menjelang pelepasan 1000 lampion. Sepanjang candi tampak obor untuk penerangan selama Pradaksina berlangsung. Dan bagi umat yang memberikan donasi untuk perayaan hari besar agama Buddha ini, maka nama pemberi donasi tersebut ditempel di masing-masing ornamen.

The candle
Banyak tenda didirikan pada masing-masing perkumpulan sebagai tempat istirahat dan sembahyang sebelum puncak acara di pelataran candi Borobudur. Sampe akhirnya lihat tenda gratisan bagi-bagi minuman dan makanan ringan. Ya Tuhan, mentang-mentang gratis sampe rebutan. Gua ikutan antri juga dong tapi gak rebutan hahaha...

Gratisan...
Jam 04.30 sore, stand pembelian lampion belum buka tapi orang-orang udah pada antri. Jadilah gue ikutan antri daripada gak kebagian, mana hujan mulai rintik-rintik. Namun yang antri pada santai aja sambil pada payungan. Sejam kemudian akhirnya kelar bayar IDR 100.000,- untuk 1 buah lampion dan dikasih tanda terima berupa sticker yang nanti dapat ditukar dengan lampion. Feeling sih gak enak, karena kecapean dan kayak mau sakit deh.

Baby Buddha
Altar utama udah keren banget. Sambil menunggu acara dimulai, panggung pun penuh sesak dengan para fotografer. Ketika ada rombongan dari mancanegara yang ikut meliput, pengunjung mulai teriak-teriak karena mereka diperbolehkan untuk ambil gambar dari dekat sampai ke batas toleransi. Gue bingung kenapa sih orang-orang ini musti barbar? Santai aja dong...

Color of Buddha
Dari jam 06.00 sore - 07.00 malam, hujan turun semakin deras. Yang kebagian tempat duduk kek gue tetep duduk sambil payungan, yang gelaran di karpet kuning juga sama tapi tanda-tanda acara dimulai belum juga kelihatan. Sampai ada pengumuman kalau acara akan dimulai ketika Menteri Agama sudah datang. Mampus dah, sampai akhirnya acara dimulai jam 08.00 malam dengan iringan koor "Huuuuuuuuuuuuuuuu" dari ribuan umat yang hadir ketika Pak Menteri datang sambil dipayungin...*Plis deh....

Dan bisa ditebak, sambutannya udah yang paling lama pula. Belom lagi sambutan dari Gubernur Jawa Tengah yang alih-alih kampanye biar dipilih lagi. Pada edan semuanya... yang ini juga gak kalah disorakin... gilak kita nungguin beginian yang gak penting.

The crowd
Kalau sempet nonton film Arisan 2, waktu Mei-mei & Tom ikutan acara Waisak di Borobudur, tampak jelas kalo karpet kuning tuh ditujukan buat para umat Buddha yang merayakan. Namun di Waisak 2013 ini bisa dipastikan yang duduk di karpet kuning ini cuma pengunjung dengan tentengan kamera keren dengan tripodnya. 

Ditimpa hujan yang membahana, suasana makin gak kekontrol antara pengunjung yang ikut merangsek ke tengah-tengah acara dengan pengunjung yang gak betah kena basahan hujan. Biksu yang baca doa pun semakin lama semakin cepat saja melantunkan doa-doa nya. Kalo gue sebagai umat Buddha pasti bakalan sedih, kok acara besar keagamaan malahan jadi kisruh begini.

Akhirnya beberapa gelintir orang yang gak punya peralatan hujan kek payung atau jas hujan berhasil mundur satu demi satu. Para Biksu pun yang basah kuyub berjam-jam mengalah untuk pulang sebelum acara selesai. Gua pun akhirnya ikutan pulang dengan berat hati pada jam 09.00 malam. Gue mikirnya kalo sampe ada acara penerbangan lampion gak bakal maksimal, foto gak bakal sebagus kalo hari cerah plus udah gak mood juga. Itu aja lumayan basah padahal udah pake payung. 

Jujur, gue melakukan semua ini cuma pengen nerbangin lampion doang. Gue bisa merasakan suasana romantis dan foto-foto yang cantik. Boleh? Ya boleh aja dong...kalau boleh datang untuk umum ya kenapa enggak?

Soul mate sih menyerahkan semuanya ke gue, mau pulang ok, mau stay pun gak masalah tapi untungnya gue cukup berpikir rasional gak kekeuh seperti biasanya walaupun sangat-sangat kecewa.

Magnificent Borobudur
Dari ngobrol-ngobrol dengan umat Buddha yang dateng dari Medan, ini perayaan Waisak ke-2 yang diikutinya di Borobudur, dan ini yang paling hectic dan paling mengerikan. Dari segi pengunjung semakin banyak, panitia juga gak siap dengan tambahan pengunjung yang menggila plus molornya acara inti dan faktor cuaca. Mereka aja pulang duluan sebelum kami ikutan pulang kemudian.

Mana jalan pulang menuju pintu keluar jauhnya minta ampun. Ngelewatin kantin-kantin makan dan kios-kios souvenir. Becek, dingin, lapar, keujanan....sengsara banget gara-gara lampion. Mana udah bayar pula. IDR 100.000,- cuma buat sticker doang. Can u imagine? Hahaha....

Besoknya langsung cari info berkaitan dengan Waisak 2013 ini, ternyata semua senada sih. Intinya pada kecewa karena gak jadi nerbangin lampion. Malah ada yang katanya nagih duit lampion biar dibalikin. Walaupun gue juga pengen tapi kan gak sampe segitunya.

Acara Pradaksina tetep dilaksanakan dengan serbuan dari para fotografer. Emang lucu gitu motoin orang lagi ibadah? Kelakuan para fotografer juga jadi headline dibeberapa blog orang. Yang heboh sih fotografer cewe, udah mah pake celana pendek motoin biksu dari arah atas pula tanpa sopan santun. Good job, girl...

Katanya lagi, acara penerbangan lampion jadi dilaksanakan di malam itu, tapi ada juga yang bilang kalo acara lampion dilangsungkan keesokan harinya dan terbatas hanya untuk para umat Buddha saja. Gak tahu mana yang bener dan apapun itu udah gak penting lagi.

Happy Vesakh 2557 B.E
Tahun depan Waisak di Borobudur pasti masih ada, tapi entah dibuka untuk umum apa enggak. Yang pasti taun depan gue gak akan ikut-ikutan seperti ini lagi, masih kecewa dengan hasil akhirnya. Mungkin Dia pun marah, hari-H nya rusak karena pengunjung yang gak tahu aturan atau sebel karena lebih banyak pengunjung umum dibanding dengan umatnya sendiri makanya dikasih hujan. Hahaha...

Gue pikir ini bakal jadi moment terindah seperti festival Yee Peng di Thailand, sangat mengecewakan. Semoga tahun depan lebih tertib dan semuanya lebih baik. Dan yang terpenting semoga semua mahluk berbahagia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...