malam natal @ the sunan hotel solo

Hari terakhir di Solo, kami hanya menghabiskan waktu di The Sunan Hotel. Hotel bintang 4 ini kami pilih karena banyaknya komentar positive dari tamu yang pernah menginap disana.

Dari Amarelo Hotel diperlukan waktu 15 menit untuk sampai ke The Sunan Hotel dengan moda transportasi taxi.

Sampai sana kami harus menunggu sekitar 10 menit untuk proses check in yang mana terbilang lama. Kalo lagi peak season atau jam-nya check in gue bisa ngerti tapi kalo check in-nya aja sore dimana gak ada tamu cukup mengesalkan juga.

Beres check in baru nongol welcome drink, udah gitu minumannya gak jelas encer banget. Tambah bikin bt, bintang 4 begini amat...

Udah gitu kan gue udah bayar karena pesan dari Agoda. Trus dia tanya “Ini kan pembayarannya udah lunas, trus nanti pemakaian mini bar dan room service-nya gimana apa open kartu kredit?“ Trus karena gue bengong, dia jawab sendiri “Oh, saya close aja ya.”

Aturan setiap hotel tentu berbeda dan tidak bisa disama-ratakan. Tapi pengalaman menginap di hotel lain belum pernah terjadi yang seperti ini. Biasanya gue selalu pesan via Agoda yang pembayarannya lunas duluan dan belom pernah ditagih dimuka  untuk pemakaian mini bar yang belum tentu dipakai. 

Receptionist sama sekali gak kasitau info yang pastinya bakal berguna untuk tamu. Gue juga gak inisiatif tanya soalnya udah keburu males. First impression udah ilfil.

Walaupun banyak yang bilang bangunan harus di renovasi, tapi kamar tamu masih nyaman untuk ditempati dan ada kursi untuk santai juga untuk kerja. Selain ada bantal ternyata disediakan guling untuk tidur. Sepertinya baru kali ini stay di kamar hotel dan disediakan guling.

Kami sengaja tidak bayar kamar hotel dengan breakfast karena jam 6 pagi harus sudah melanjutkan perjalanan menuju Bandung. Karena penasaran dengan menu di hotel ini maka kami pesan layanan room service untuk dinner.

Makan malam yang kami pesan adalah Mie Goreng Jawa, Ayam Saus Kiwi, Kailan 2 Musim dan Tiramisu untuk dessertnya. Rasanya? Mie gorengnya biasa aja sedangkan ayamnya gak berasa kiwi tapi untuk Kailan 2 Musimnya lumayan lah soalnya belom pernah makan sebelumnya. Lucu aja kailan digoreng sampe garing kayak makan kerupuk. Tiramisunya juara deh, enak dan penampilannya gak mengecewakan.

Hari itu adalah malam natal, hotel menawarkan paket dinner dari appetier sampai dengan dessert. Melihat menunya sih sepertinya menggugah selera, harganya juga gak terlalu mahal hanya saja gak bisa dimakan di kamar tapi hanya dapat disajikan di restaurant.

Entah ada kejadian apa ataukah memang sesuatu yang rutin kalau pihak hotel memberikan surat permohonan maaf kepada tamu hotel bila ada sesuatu yang sekiranya tidak berkenan. Atau untuk basa-basi aja ya karena ada tertulis waktu untuk check outnya.

Kali itu, kami tidak tour de hotel sekedar melihat sekeliling atau merasakan fasilitasnya karena hari sedang hujan, mau pake kolam renang sepertinya juga males akhirnya ya nonton tv aja plus rendeman di bathtub.

Sepertinya sih pengalaman menginap di sini tidak terlalu buruk, cuman udah keburu sebel duluan aja.

Keesokan harinya jam 6 pagi kami check out dan minta dipanggilkan taxi untuk diantar ke stasiun. Eh, kata bellboy-nya kenapa gak naik shuttle aja dan free pula. Memang betul, harga kamar yang kami bayar sudah termasuk airport transfer, kirain untuk bandara aja dan bukan untuk ke stasiun. Yah, kalo memang fasilitas dari hotel pergunakan saja. Soal tips mah bisa diatur.

Tapi yang bikin ilfil kenapa receptionistnya diem aja sih? Seharusnya kalo memang fasilitas hotel ya tawarkan dong. Kan aneh ada fasilitasnya tapi gak ingin dipergunakan. Dan keluhan gue ini ternyata ada yang pernah mengalaminya juga lewat guest comment di Agoda. Lagi-lagi bagian receptionist. Gimana nih bagian FO The Sunan Hotel Solo menanggapinya?