Yang wajib dikunjungi ketika
berada di Bangkok sudah pasti Grand Palace. Komplek Istana Raja yang sekarang
tidak lagi menjadi kediaman raja tapi dibuka untuk umum. Walau tidak lagi
didiami oleh Raja dan anggota kerajaan tetapi Grand Palace ini masih dipakai
untuk acara seremoni yang bersifat kerajaan.
Karena Grand Palace tidak dilalui
oleh BTS, waktu itu dari depan hotel daerah Ratchathewi, gue minta dipanggilin
taxi sama bellboy hotelnya. Dia kasitau kalo tarifnya di 100 B tapi taxinya mau 200 B. Gue yang kagak mau dan nyari taxi sendiri
aja jadinya dan nemu yang tarifnya 150 B, Ya udahlah...
Sepanjang jalan, drivernya ngajak
ngobrol melulu pake Bahasa Inggris cadel gitu. Gue sih ketawa-ketawa aja sambil
gak mood, soalnya dia ngomongnya daerah selangkangan sih hahaha…kan ditanya
udah kemana aja dan gue jawab abis dari Pattaya, dia jadi ngomongin cewe-cewe
Pattaya...hmmm...
Nyampe di depan Grand Palace dengan
tembok putihnya yang tinggi seperti Keraton Yogya sekitar jam 9 pagi. Langsung masuk dan beli tiketnya sebesar 500 B. Mahal banget sih sebenernya tapi
dengan bayar seharga itu kita bisa masuk ke Grand Palace itu sendiri, Temple of
Emerald Buddha, Museum Textile Queen Sirikit dan Museum The Pavillion of
Regalia, Royal Decorations and Coins di hari dan area yang sama.
Sedangkan Vimanmek Mansion Museum,
Support Museum Abhisek Dusit Throne Hall, Sanam Chandra Palace dan Arts of the
Kingdom Exhibition at Ananta Samakhom Throne Hall dapat dikunjungi selama masih
dalam jangka waktu 7 hari setelah pembelian tiket Grand Palace. Lagipula
areanya berbeda dan jauh dari Grand Palace.
Jangan lupa pakai pakaian yang nyaman
karena hawanya panas banget dan inget mesti sopan. Bawa air minum diperbolehkan
jadi gak masalah.
Masuk area Grand Palace, wow…luar biasa…bangunan-bangunan
indah ber-arsitektur khas Thailand langsung menghujam mata. Suka bukan kata yang
tepat sepertinya tapi mhhh...kagum.
Tiga bangunan utama yang berbeda bentuk
itu menjadi bangunan yang asik dinikmati berlama-lama. Belum lagi detailnya
sangat keren. Berhubung gue kali ini solo traveling, tripod menjadi teman
perjalanan yang sangat membantu.
Selain tempat-tempat yang tadi
disebutkan di atas yang masih dalam area Grand Palace, ternyata ada Museum Senjata yang dulu dipakai oleh rakyat Thailand. Kalo di Indonesia sih kek bambu
runcing lah.
Pokoknya ada bangunan dengan pintu terbuka, boleh kok dimasukin daripada penasaran.
Terus akhirnya nemu juga Temple of
Emerald Buddha. Patungnya sih kecil berwarna hijau tapi posisinya ditempatkan di
altar paling atas. Waktu itu pakaian yang dikenakan oleh Buddha adalah pakaian
musim panas. FYI pakaian yang dikenakan Buddha ada 3 macam sesuai musimnya
yaitu musim panas, musim hujan dan musim dingin. Bisa ditebak dong pakaian
musim dinginnya lebih tebel dibanding musim lainnya.
Di dalam temple, ada larangan untuk foto
Buddha-nya, dan berhubung gue iseng akhirnya malah ketauan juga, yaiyalah pake
kamera SLR bukan kamera hp, gak pake blitz aja udah ketahuan dan disuruh delete
fotonya padahal udah dicurangin gue pindahin ke posisi foto yang lain. Akhirnya
gue berhasil foto juga sih dari luar, tapi emang gak sebagus foto yang di
delete sih hahaha…
Lanjut ke halaman yang luas,
di sini sih udah gak ada yang bisa diliat cuman taneman-taneman yang dipotong dengan bentuk bulat dan rapi.
Dan ketemu Museum Textile Queen Sirikit.
Tempatnya berpendingin udara dan gak boleh foto-foto. Overall, menarik sih,
dimana banyak diceritain selama menjadi Ratu, dia bikin bajunya dari bahan lokal
tapi dengan kualitas tinggi. Baju yang dipamerkan disertai dengan foto beliau
ketika mengenakan baju tersebut dan diberi keterangan ketika menghadiri acara
apa. Toko souvenirnya juga menawarkan barang-barang berkualitas tapi harganya
jauh dari harga yang ada di Chatuchak Weekend Market.
Dari situ pintu keluar udah dekat, tapi
Museum The Pavillion of Regalia, Royal Decorations and Coins dimana ya? Apa
bangunannya kelewat? Balik lagi ke gate utama dan sama penjaganya gak boleh
masuk lagi untuk yang kedua kalinya karena setiap pengunjung hanya diperbolehkan
masuk sekali saja. Setelah nanya ternyata museum tersebut berada di sebelah
loket penjualan tiket dan sebelom masuk gate utama. Semestinya biar gak
bolak-balik, setelah beli tiket langsung masuk aja ke museum ini sebelom masuk
gate utama. Gue rasa yang lain juga gak notice, pantesan aja sepi tempatnya.
Museum yang satu ini berisi mahkota,
perhiasan, ornament dan tongkat kerajaan dari jaman Raja Rama I. Dan baju 3 musim
dari Emerald Buddha juga disimpan di sini. Lumayan menarik tapi tempatnya
sempit.
Sepertinya kunjungan gue ke Grand Palace
hampir berakhir. Sambil duduk-duduk gue maenin kamera aja. Dan gue tersadar,
ternyata lapangan ini sering banget dijadiin objek foto bagi beberapa orang
yang pernah ke Grand Palace. Ya udah gue ikutan foto-foto juga deh. Diselingin sama orang yang selalu aja gangguin minta tolong fotoin gara-gara gue pake tripod. Belom lagi interupsi dari turis Cina yang ngajak ngobrol pake bahasa Mandarin. Gak gablek ngomong Mandarin nih walaupun tampangnya Chinese...hahaha...
Dari Grand Palace lanjut ke Wat Pho dan
Wat Arun. Tempatnya gak terlalu jauh kok bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Walaupun bagus, tapi
seharian maen ke Wat ( Temple ) bikin mabok juga. Yah paling enggak udah
berkunjung ke iconnya Thailand dan gak lupa mengabadikannya. Oya, tiketnya jangan sampe hilang ya, siapa tau nanti dipakai untuk ke museum berikutnya yang sudah termasuk dengan harga tiket tadi.
ini berangkat tahun berapa? 500 b?
BalasHapusApril 2014
Hapus