Bener
banget kalo ada yang bilang gerbang suatu negara itu dilihat dari bandaranya.
Dan Shanghai Pudong International Airport menjadi satu yang terbaik di Cina.
Dulu,
gue sempet terkagum-kagum dengan bandara Hasanuddin, Makasar maupun Kuala Namu
International Airport yang berada di Medan yang punya eskalator gak naik maupun
turun tapi lurus kedepan untuk membuat kita gak terlalu capek jalan. Ternyata
bandara di Luar Negeri sudah lebih dulu menggunakannya.
Sekarang
sih gue penasaran dengan bandara Ngurah Rai di Bali setelah renovasi gimana
bentuknya dan Lombok International Airport yang masih terbilang baru
menggantikan bandara Selaparang yang sederhana.
Keluar
dari Shanghai Pudong International Airport, gue disambut dengan Shanghai Maglev
Train. Dalam hati gue bertanya kapan ya Jakarta punya yang beginian? Atau gue
harus pindah negara untuk menikmati semua yang serba modern ini?
Indonesia
punya jembatan Suramadu yang terbaru dan terpanjang. Gak kurang jembatan layang
pun bertebaran dimana-mana. Tapi semua yang ada di Shanghai bikin gue terkagum-kagum.
Rumput tetangga selalu lebih hijau.
Gedung
pencakar langit di Jakarta juga terbilang banyak, tapi Shanghai punya Shanghai
Tower yang sekarang menjadi gedung tertinggi se-Cina. Direncanakan tahun ini
akan kelar pembangunannya dengan 121 lantai dan tinggi 632 M. Didunia cuman
dikalahkan oleh Burj Khalifa di Dubai sebagai bangunan tertinggi seantero
jagad.
Saat
ini Shanghai Tower baru bisa dinikmati dari kejauhan karena pembangunannya
belum rampung benar. Tapi jangan khawatir Jin Mao Tower dengan ketinggian 420.5
M dan Shanghai World Financial Center yang puncaknya berlubang segi empat
diketinggian 492 M telah lama berdiri megah dan menjadi pemandangan yang
menakjubkan di Shanghai.
Waktu
itu gue cuman menjajal si cantik Oriental Pearl Tower. Walaupun tingginya hanya
468 M saja tapi menara TV ini mempunyai banyak fasilitas menarik yang dapat kita
nikmati. Dibulatan Pearl yang pertama pada ketinggian 98 M terdapat Game City dimana
terdapat Indoor Roller Coaster & 5D Cinema. Hadeuh 5D dimensi apalagi ya?
Secara gue cuman pernah nyobain 4D doang.
Transparant
Observatory dengan dasar kaca tembus pandang yang dapat melihat pemandangan
kota Shanghai secara 360° berada pada ketinggian 259 M. Disini kita dapat melihat
gedung-gedung pencakar langit dan Sungai Huangpu yang terkenal itu. Ternyata
sungai Huangpu berwarna coklat. Apa bedanya ama Ciliwung? Ya bedalah pastinya,
yang ini lebih terawat. Hahaha…
Di
Pearl ke-2 ini selain terdapat Transparant Observatory, ada juga sightseeing
floor, revolving restaurant dan juga sky walk club.
Dibulatan
tertinggi dan terkecil pada ketinggian 351 M terdapat Space Capsule Sightseeing
Floor. Memang gak seasik Transparant Observatory. Tapi sensainya beda, karena
lebih tinggi dengan setting luar angkasa. Selebihnya menara ini hanya berupa
transmitter sampai pada ketinggian 468
M.
Sepertinya ini pengalaman pertama naik ke bangunan tinggi. Monas aja belom pernah naek sampe ke atas. Sayangnya Indonesia masih belum punya icon baru pencakar langit setelah rencana Menara Jakarta gagal diwujudkan.
Sepertinya ini pengalaman pertama naik ke bangunan tinggi. Monas aja belom pernah naek sampe ke atas. Sayangnya Indonesia masih belum punya icon baru pencakar langit setelah rencana Menara Jakarta gagal diwujudkan.
Gue
sempet beli boneka panda dan ayam-ayaman yang bunyinya sange. Lucu dengernya ya
udah beli aja. Ternyata toko-toko yang ada disini bisa ditawar walau gak semua,
nyesel beli pandanya kemahalan. Lagi kirain harga pas, jadi nawarnya sedikit.
Tau gitu gue tawar dengan harga tega. Gue gitu loh…
Malamnya
kami shopping di Yu Yuen Market, tempatnya bersih dan nyaman untuk belanja.
Yang pasti kalo belanja disini musti nawar abis. Sempet belanja magnet kulkas
dan ternyata kemahalan, soalnya penjualnya langsung ok.
Tapi
ada 1 toko yang jual barang-barang souvenir. Harganya memang fixed price, tapi
kalo diitung-itung emang murah. Eh yang jualnya juga bisa bahasa Indonesia. “
Iya datang kesini, barang murah.” Hadeuh…
Seneng
lah namanya juga wisatawan cari oleh-oleh pastinya yang murah meriah.
Shopping
masih berlanjut ke Nanjing Road. Kalo yang ini toko-toko dengan barang branded.
Gue suka nih yang beginian. Waktunya emang mepet buat shopping dan kalo milih
brand yang belom pernah nyoba rasanya bakalan pilih-pilih lama. Akhirnya gue
putuskan untuk membeli Giordano & Bershka. Harga disini relatif sama aja
kayak di Jakarta. Shopping dengan waktu seadanya lumayan menyenangkan. Yang
pasti gak asal kalap doang tapi pilih yang bener-bener suka.
Jakarta
ataupun Indonesia sepertinya belum ada toko-toko branded dengan konsep seperti
Nanjing Road. Biasanya barang branded cuman ada di mall, jarang punya gerai yang berdiri sendiri diluar mall.
Waktu
lari sana lari sini ada abang-abang yang sepertinya nawarin cewe. Dooh, gak
sempet lah bang. Hahahaha…
Malam belum usai, kami masih punya agenda untuk jalan-jalan ke The Bund. Tempatnya dekat sekali dari Nanjing Road. For sure, tempat ini romatis abis. Buat jadi tempat narsis pun sangat recommended. Pastinya bakalan betah berlama-lama ditempat ini. Gedung-gedung jaman baheula dengan penerangan lampu yang modern ternyata sangat asik dimata.
Inget
dong film-film klasik mandarin dengan setting The Bund tempo dulu. Yah, kurang
lebih seperti itu.
Tengah malam acara
jalan-jalan di kota Shanghai berakhir dengan manis. Gak nyangka kota
Megapolitan Shanghai bisa semenarik itu.
Jadi
inget jaman dulu, gue suka dibeliin es Shanghai ama Babeh. Kalo sekarang sih jarang
nemu ya. Kurang lebih seperti es campur isi alpukat, kolang kaling dan cincau hitam
plus es serut segunung dengan gula warna merah menyala. Walaupun hanya berwujud
es, namanya udah kesohor sedari dulu.
Setelah seharian keliling Shanghai akhirnya gue pun menemukan persamaan diantara keduanya yaitu manis, berwarna dan gak mudah dilupakan.
I love Shanghai, but i love Indonesia more. Bangunannya mungkin kalah tinggi tapi pantai-pantai di Indonesia lebih cantik. Cina gak punya pantai loh by the way...
So, kalo jalan-jalan ke Cina jangan lupa mampir ke Shanghai ya.
Setelah seharian keliling Shanghai akhirnya gue pun menemukan persamaan diantara keduanya yaitu manis, berwarna dan gak mudah dilupakan.
I love Shanghai, but i love Indonesia more. Bangunannya mungkin kalah tinggi tapi pantai-pantai di Indonesia lebih cantik. Cina gak punya pantai loh by the way...
So, kalo jalan-jalan ke Cina jangan lupa mampir ke Shanghai ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar