Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Mei 11, 2014

si cantik sendang gile & si powerful tiu kelep


Alasan ke Lombok kali ini adalah untuk melihat keindahan air terjunnya. Pantainya sih gak usah ditanya lagi, one of the best lah tapi misi kali ini gue penasaran banget sama air terjunnya. Sesuatu yang berhubungan dengan air selalu menarik minat gue.


Mobil Avanza sewaan membawa gue menuju ke kaki gunung Rinjani, Desa Senaru, Lombok Utara. Dari arah Senggigi ditempuh ± 2 jam. Walaupun terasa lama tapi pemandangan alamnya nomor wahid. Tidur di mobil menjadi sesuatu yang diharamkan. Rugi banget pastinya.

Nyampe objek wisata, terik matahari masih saja menyengat. Lombok emang panas pake banget. Di pelataran parkirnya, serta merta gue dideketin oleh penjaga yang menjual paket air terjun. Ini dia yang udah pernah gue baca dan pernah gue tanyain di forum Lombok backpacker di Facebook. Paling males sih berhubungan sama orang yang kek gini soalnya harganya gak kira-kira. Setelah dijelasin singkat mengenai rutenya, harga yang ditawarkan memang sangat tidak rasional. Rp. 400.000,- untuk treking ke-2 air terjun. 

Gue cuman bisa bengong. Yang bener aja deh, ini air terjun apa Niagara sih. Muka gue udah bisa dipastiin gak seneng. Sama seperti waktu ke air terjun Git-git di Bali. Matok harganya seenak udelnya aja.  Akhirnya harganya gue sanggupi di angka Rp 100.000,- sebagai angka yang sewajarnya. Masalahnya ini sendirian, kalo bareng-bareng bisa tanggung bersama gak masalah. 

Harga tersebut udah termasuk tiket masuk dan guide yang nemenin gue tanpa pake air minum dan snack. Gue pernah baca blog sesama traveler yang malahan gak pake guide karena banyakan. Dengan pertimbangan sendirian, jadi gue seneng-seneng aja dengan harga segitu. 

“Halo, siapa namanya mas?” tanya guide-nya.

“Saya Joshua.”

“Wah, kita namanya sama-sama dari J ya. Saya Jaenal.”

“Hah?” Gue bengong. Ya bisa juga sih Jaenal dari J gak mesti dari Z. Suka-suka orang tuanya aja tapi tetep aja berasa aneh dan pengen ketawa sih sejujurnya.


Akses ke air terjun pertama seperti info dari dunia maya, its piece a cake. Pertama karena udah ada tangga dari batu, jalannya menurun, aman dan dapat dicapai sekitar 10 menitan. Walaupun begitu gue tetep keringetan. 

Air terjun yang pertama adalah Air Terjun Sendang Gile. Cantik banget. Twin waterfall karena ada dua aliran air dan ada dua tingkatan yang bikin takjub. Belom pernah kan liat air terjun yang beginian. Unik dan cantik. Itu julukan gue buat air terjun ini. Dasar kolamnya sih dangkal karena airnya langsung mengalir begitu aja. Orang-orang bisa langsung mandi seperti air dari kucuran shower. Sepertinya mandi dari air terjun ini emang asik, langsung terasa seger tanpa musti pake sabun segala.


Lanjut air terjun kedua. Petualangan sesungguhnya baru dimulai.

Jalannya emang gak dipakein penunjuk jalan, so, kalo sendirian dan belom pernah ke sini rasanya susah. Dan ada kemungkinan nyasar soalnya masih hutan, sunyi dan sedikit mengerikan. Sesekali emang ketemu sama bule yang berjalan pulang dengan guide-nya.

Jaenal jalannya cepet banget, gue selalu jalan dibelakangnya. Tapi dia selalu nengok ke belakang melihat gue udah sampe mana. Padahal dia jalannya gak pake alas kaki loh. Katanya udah biasa kalau pake sandal malahan gak enak. Sesekali kami ngobrol, nanya dan ketawa-ketawa. Seneng juga ada yang nemenin kenekatan gue.


Gak ada yang salah sama jalannya malahan relatif aman bisa dilalui cuman ya itu tadi, gak ada penunjuk jalan. Yang membuat perjalanan ini menjadi berkesan karena gue dilayani bak Raja. Tas berisi baju ganti, kamera dan tripod dibawain sama Jaenal. Jangan salah, bawa badan doang juga capek.  


Saatnya nyebrangin sungai. Ini best part-nya karena seru, menantang dan agak susah. Sepatu gue buka dan Jaenal kalungin di lehernya. 

“Injak aja batu-batu yang kecil karena tidak licin”, instruksinya selalu tepat.


Setelah sungai berhasil dilalui, air terjun Tiu Kelep pun keliatan samar dari kejauhan. Itu aja udah bikin gue kesenengan setengah mati. Gila, bagus bener. Walaupun udah pernah liat dari foto, tapi aslinya lebih magical.

Semakin mendekati air terjunnya, keperkasaannya semakin tiada tara. Satu air terjun utama dengan dikelilingi air terjun berbentuk setengah lingkaran menyerupai tirai. So Powerful. Tuhan lagi seneng ketika menciptakan ini semua. 


Satu hal yang susah dilakukan adalah mencoba membidik keindahannya dengan kamera. Karena sesuai dengan namanya Kelep yang berarti terbang. Cipratan airnya dari jarak 50 meter juga masih kena. Sepertinya peralatan kamera gue musti dilengkapi dengan plastik seperti yang biasa dilakukan Tyra ketika melakukan photo shoot untuk para modelnya di ANTM.


Yang gue sesali cuman satu, soulmate gue gak ada bersama gue. Pasti akan lebih romantis.

Selama apapun disana gak akan pernah bosan, yang ada malahan gak pengen pulang. Keindahannya gak bisa diungkapkan kata-kata karena kata-kata saja tak akan cukup untuk melukiskannya.


Jaenal memperingati jangan sampai gue terlalu mendekati air terjunnya karena dulu pernah ada yang meninggal terkena pusaran air yang begitu kuat. Gue gak mungkin senekat itu, akhirnya gue berendam agak menjauh dan merasakan dingin airnya. 

 
Belum sampe berendam, gue sempet terjatuh dan pelipis gue terantuk batu, paha juga ikutan memar dan tangan gue kesakitan karena menahan beban dari badan gue. Untung batunya tumpul. Alhasil sedikit benjol gara-gara gak hati-hati terpeleset batu yang licin. Selama gak berdarah sih ya udahlah.

Yang deg-degan malah si Jaenal. “Bener gak apa-apa?” dengan nada khawatir. So sweet…

Hari semakin siang dan pengunjung semakin banyak saja. Rasanya kalau tidak ada agenda lain ingin rasanya lebih lama lagi berada di sana tapi kan gak mungkin juga, gimana dengan si Jaenal. Gue juga masih pengen nonton Ogoh-ogoh di kota. Dengan berat hati akhirnya kaki ini berjalan pulang.


Jalannya masih sama hanya saja ketika melewati terowongan, gue memutuskan untuk pulang lewat situ. Terowongannya bukan terowongan biasa. Gelap hanya diselingi sedikit cahaya dari luar tiap beberapa meter. Dan yang bikin exciting, dasar dari terowongannya itu air mencapai paha atas orang dewasa. Seru bukan? 

“Saya pernah nganterin cewe bule berduaan aja di terowongan ini, dia ketakutan dan meluk-meluk saya mulu. Saya sih seneng aja.” kata jaenal sambil terkekeh.

Serem sih pastinya, lah gak keliatan apa-apa. Jalannya aja gue pake meraba-raba kiri kanan takut terantuk batu. Tinggi terowongannya sendiri mencapai 2 meteran kadang kurang makanya kami harus sedikit menunduk untuk melaluinya. Yang gue inget cuman satu, kek lagi ber-adegan di film Scooby Doo yang jalan paling belakang tiba-tiba dicomot setan. Hahaha…


Setelah keluar dari terowongan, gue pake sepatu lagi dan lanjut menuju ke atas. Sepertinya sepatu yang tepat dipakai di lingkungan seperti ini adalah sandal gunung yang gak perlu dicopot pakai selama perjalanan. Cocok ketika melalui sungai dan gak ada kesulitan ketika melewati jalan berbatu.


Ketika sampai jalan raya, rasanya capek banget tapi gak nyesel. Seneng karena penantian selama 5 tahun ini gak sia-sia. Lombok emang indah. Lebih indah dari yang bisa dibayangin.

Waktu pamitan sama Jaenal dia tersenyum karena gue sehat-sehat aja. Sukses ya Jaenal, hidup itu emang susah kalau cuman dipikirin tapi kalau dijalani akan terasa ringan. Dan semoga tambah pinter menguasai Bahasa Eropa-nya ya. Hihihi… 

Lombok emang berkesan banget. Luar biasa indah dan kalau ada kesempatan dilain waktu masih mau menginjakan kaki di pulau ini lagi. Pink beach masih menanti untuk disambangi.


Thank you Jaenal. 

See ya Lombok. I love you more…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...