Kemarin malam ada seseorang di
grup salah satu media sosial yang shared artikel berjudul “Anda adalah traveler
pemula, jika...” yang terdapat pada majalah Reader's Digest dot Co dot Id. Tulisannya
cukup menggelitik dan menggoda untuk dibahas dan gak berapa lama gue udah
ikutan nimbrung dan masih berlangsung alot perdebatan antara yang pro dan
kontra. Menurut si penulis, traveler pemula itu adalah sebagai berikut, cekidot
:
#1 Memotret sayap pesawat terbang
Jangan mengumbar foto semacam itu kecuali ada puncak Gunung Everest
yang menyembul di sela-sela awan atau pesawat UFO di sana.
#2 Mengunggah foto “Temperature saat ini”
Selamat! Itu tandanya anda kurang kreativitas.
#3 Mengabadikan kamar hotel
Ya, kami tahu anda menginap di hotel. Selamat.
#4 Mengambil gambar dengan IPAD
Tahukah anda bahwa sebaik-baiknya kamera pada IPAD masih lebih bagus
kamera saku. Alasannya lensa dan sensor digital pada kamera saku lebih besar,
itu akan berdampak besar terhadap hasil jepretan.
#5 Memotret setiap makanan
Kami akan bingung, apakah anda ahli nutrisi, fotografer kuliner,
kritikus restoran atau anda hanya tak bisa menahan selera makan?
#6 Selfie
Tolong jangan perlihatkan kami, foto close up wajah anda ketika sedang
berada di Nepal atau foto kaki anda ketika berada di Pantai Bondi.
So, apakah elo setuju dengan
pernyataan si penulis di atas?
Gue? Gue jelas gak sependapat
dengan si penulis, bukan karena gue melakukan sebagian besar yang tadi disebutkan
ketika traveling tapi atas dasar apa penulis bisa merangkumnya menjadi kelompok
tertentu ketika itu dilakukan selama bepergian? Opini seseorang bolehlah berbeda
dengan kebanyakan orang, cuman dasar pemikirannya apa? Yang bingung kok bisa
masuk majalah ya? Setahu gue, bahasa majalah itu santun dan gak menggurui. Itu berdasarkan beberapa majalah traveling yang gue baca ya. Kalo blog pribadi kayaknya sih masih ok, ini majalah loh...majalahnya
kelas apa? Editornya berpengalaman gak sih?
Gue sih sama sekali belom pernah
baca majalah dengan brand tersebut cuman kok terkesan songong ya dengan
me-labeli pembaca dengan “Pemula” kalo melakukan bla bla bla. Emang definisi
pemula apa?
Gue juga bukan tersinggung loh karena
dikatain “Pemula.” Pada dasarnya, gue gak ada masalah kalo dikatain pemula, ah,
biarin aja gak pusing. Terus traveler yang expert kayak apa? Terus solusinya
buat gak dikatain pemula gimana? Gak dibahas tuh, cuman ngata-ngatain doang.
Gubrak kan?
Setahu gue, pemula tuh yang jalan-jalannya dimulai dengan melakukan trip ke Singapura dan
Malaysia. Kenapa? Karena cenderung lebih gampang dan dekat. Dari segi budget
pun gak terlalu merogoh kocek terlalu dalam.
Ya, itu sih sebutan aja
sebetulnya. Terus yang jalan-jalannya udah mulai merambah Asia & Eropa
termasuk traveler apa? Middle? Yang udah ke Amerika? Expert? Hmmm…
Gak bisa dikotak-kotakin juga
sih. Apa yang dimaksud pemula itu baru menjelajahi satu dua negara, sedangkan yang udah puluhan
ke atas termasuk expert? Engga juga ah…
Si penulis mungkin sirik dan
sebel kalo orang-orang pada upload foto-foto travelingan? Bisa jadi ya…
Atau mungkin nih ya, si penulis
menghimbau kalo travelingan jangan cuma abis buat foto-foto aja tapi rasakan
lah transportasi yang dipakai, nikmatin kuliner daerah setempat daripada cuman
difotoin doang dan jangan kebanyakan selfie gak penting mendingan take time the
beautiful moment as much as you can. Bener gak sih?
Kalo bener begitu, yang nongol di
majalah berarti versi kejamnya kali ya. Jadi inget diri sendiri, tipikal gaya
bahasanya gue banget. Keknya gue musti apply nih buat jadi kontributor tetapnya. Hihihi…
Dari diskusi yang udah bergulir sih, kita-kita yang kontra digiring ke opini seseorang yang bilang kalo pemula itu adalah yang selalu upload foto di media sosial dengan kategori dimaksud. Gue mencoba untuk berpikir sejenak, merenungkan komen tersebut.
Berdasarkan artikelnya, gak ada kata-kata upload di media sosial. Seseorang itu juga gak dikatakan salah karena punya pendapat yang berbeda dengan kebanyakan orang apalagi menafsirkan menurut cara pandangnya sendiri. Dan gue juga bukan cari pendapat siapa yang benar atau pun siapa yang salah. Semua bebas berekspresi mengemukakan apa saja yang ada di pikiran masing-masing. Yang nyebelin, kenapa musti meluruskan pendapat lainnya yang gak sependapat dengan dirinya?
Semua orang punya pengalaman dan siapa pun bisa berguru dengannya tapi gak bisa caranya menyuruh orang untuk mengubah suatu pendapat menjadi pendapat yang diinginkan.
Apapun itu yang diunggah ke media sosial sudah menjadi ranah publik. Pilihannya bisa disukai, gak disukai ataupun gak peduli. Sebagai pembaca yang melihat foto-foto berdasarkan kategori di atas, kalo gak suka ya udah, bisa skip, turn off notification, scroll down, unsubscribe atau kalau dirasa mengganggu, mau unfriend juga whatever deh. Selesai kan?
Sebagai orang yang mengunggah foto-foto tersebut, gue bisa bilang, "Ya, suka-suka gue dong, gak nyusahin ini." Boleh dong?
Penulis artikel mau nulis traveler pemula berdasarkan cara pandangnya? Boleh lah hanya saja gue gak setuju titik.
Dari diskusi yang udah bergulir sih, kita-kita yang kontra digiring ke opini seseorang yang bilang kalo pemula itu adalah yang selalu upload foto di media sosial dengan kategori dimaksud. Gue mencoba untuk berpikir sejenak, merenungkan komen tersebut.
Berdasarkan artikelnya, gak ada kata-kata upload di media sosial. Seseorang itu juga gak dikatakan salah karena punya pendapat yang berbeda dengan kebanyakan orang apalagi menafsirkan menurut cara pandangnya sendiri. Dan gue juga bukan cari pendapat siapa yang benar atau pun siapa yang salah. Semua bebas berekspresi mengemukakan apa saja yang ada di pikiran masing-masing. Yang nyebelin, kenapa musti meluruskan pendapat lainnya yang gak sependapat dengan dirinya?
Semua orang punya pengalaman dan siapa pun bisa berguru dengannya tapi gak bisa caranya menyuruh orang untuk mengubah suatu pendapat menjadi pendapat yang diinginkan.
Apapun itu yang diunggah ke media sosial sudah menjadi ranah publik. Pilihannya bisa disukai, gak disukai ataupun gak peduli. Sebagai pembaca yang melihat foto-foto berdasarkan kategori di atas, kalo gak suka ya udah, bisa skip, turn off notification, scroll down, unsubscribe atau kalau dirasa mengganggu, mau unfriend juga whatever deh. Selesai kan?
Sebagai orang yang mengunggah foto-foto tersebut, gue bisa bilang, "Ya, suka-suka gue dong, gak nyusahin ini." Boleh dong?
Penulis artikel mau nulis traveler pemula berdasarkan cara pandangnya? Boleh lah hanya saja gue gak setuju titik.
Ok, gue mau bahas #1 Memotret sayap pesawat terbang. Gue suka
banget ambil foto-foto ini. Sebenernya bukan sayap si burung besi yang gue foto
tapi awan-awan dan cakrawalanya, kalo sayapnya sampe ke foto ya gak terlalu
masalah juga, lah hampir setiap duduk di pesawat, gue gak pernah booking hot
seat, pokoknya kalo dapet duduk di window tuh lucky banget.
Kalo udah gitu, biasanya gue jarang
banget tidur mendingan baca majalah sambil lihat awan di jendela. Kalo bagus tinggal
diabadikan lewat kamera, kalo enggak ya baca lagi.
SIN-CGK by Lion Air |
Tahun 2010, itu pertama kalinya
gue jalan-jalan ke luar negeri bareng temen-temen kantor. Negara yang beruntung
itu adalah Singapura. Pulang pergi pake Lion Air. Kali itu bukan pertama
kalinya naik pesawat dan pas pulang menuju Jakarta, reflek aja fotoin langit
Singapura di waktu senja. Hasilnya, keren…
CGK-PEN by Aia Asia |
Yang ini langit Pulau Pinang
ketika solo traveling ke Malaysia pake maskapai Air Asia. Pertama kalinya ke
luar negeri sendirian pastinya exciting banget. Perjalanan 4 hari 3 malam yang paling memesona dalam hidup gua karena semuanya gue yang atur baik tiket pesawat
terbang, akomodasi sampai transportasi.
Gue bisa bilang perjalanan ini
sukses karena apa yang gue inginkan tercapai yaitu bisa jalan sendiri di negeri
orang tanpa tour dan apa yang pengen gue lihat semuanya kesampean. Nyampe rumah
itung budget, abis 5 jutaan termasuk oleh-oleh.
Jalan-jalan ke Malang dengan
temen deket menjadi sesuatu yang menyenangkan di kala pusing sama kerjaan di
kantor. Penerbangan Jakarta – Malang dengan Sriwijaya dan duduk di paling depan
menjadi pengalaman baru. Tumben-tumbenan kan duduk di kursi A yang biasanya
lebih sering duduk di tengah-tengah.
CGK-MLG by Sriwijaya |
Kebetulan waktu itu lagi booming
bantal emoticon, gue pesen sama temen gue dan langsung dipake saat itu juga.
Kenapa? Mau bilang pemula?
MLG-CGK by Sriwijaya |
Pernah dibilang kampungan karena
foto di depan pesawat? Actually, I don’t care. Why it’s bother you? Mau bilang
pamer karena abis naek pesawat? Silahkan…believe me, it won’t hurt me at all. Foto
ini diambil di Bandara Abdul Rahman Saleh di Malang sewaktu penerbangan pulang
menuju Jakarta. Gue inget bener acara jalan-jalan kali itu ada satu personil
temen kami yang gak ikut dan dia gak merasa bersalah. Akan gue ingat itu
sepanjang masa.
CGK-DPS by Lion Air |
Nah, yang ini waktu naek Lion Air
menuju Denpasar, mau lanjut ke Lombok pake ferry. Tampak latarnya Gunung
Agung-Bali.
Lama kelamaan gue jadi ketagihan fotoin awan dari dalam pesawat. Malahan kalo gak ada sayapnya berasa ada yang kurang.
Lama kelamaan gue jadi ketagihan fotoin awan dari dalam pesawat. Malahan kalo gak ada sayapnya berasa ada yang kurang.
BDO-DPS by Lion Air |
Kalo yang ini dari Bandung ke
Denpasar, lagi-lagi pake Lion Air. Walaupun sering delay dan diplesetin jadi
Lie On Air, tetep aja gue suka pake Lion. Alasannya ya karena murah.
Perjalanan pulang dari Denpasar
ke Bandung, gue gak aktifin sama sekali alat komunikasi dan switch off the
camera. Maklum lagi heboh jatuhnya Air Asia QZ 8501. Sempet deg-degan waktu
naik pesawatnya walaupun naik Citilink. Waktu mau nyampe Bandung, lewatin
pegunungan yang cantik banget dan itu nyesel setengah mati karena gadget emang
sengaja dimatiin soalnya takut kenapa-napa. Besok-besok harus naik dari Bandung deh untuk perjalanan arah ke Timur.
CGK-KNO by Lion Air |
Masih setia pake Lion Air, waktu
solo traveling ke Medan medio lebaran 2013.
KNO-CGK by Lion Air |
Pas pulang, keknya masih pake
Lion Air juga menuju ke Jakarta. Petualangan solo traveling itu selalu
menyenangkan dan banyak cerita. Bebas mau ngapa-ngapain dan seru. Medan dan
Danau Toba akhirnya berhasil disambangi. Acara jalan-jalannya sukses, banyak
foto-foto cantik dan di penghujung liburan di pesawat itu selalu ngebayangin
wah, gila ya gue sampe senekat itu sambil bayangin damn besok gue kerja lagi. Ahhh
tidak…
CGK-TJQ by Batavia |
Tahun 2011 waktunya jalan ke
Belitung. Ini liburan terbaik bersama temen-temen jalan. Kompak, seru, dan
semakin cinta sama yang namanya traveling. Kami ber-4 dan masing-masing
personil bawa kamera. Pulang liburan kami sampe tukeran foto dan ngetawain
moment-moment yang terekam kamera. Foto pemandangan banyak, foto makanan ada, foto
narsis jangan tanya, foto bego-begoan juga nyempil. Belom lagi video alay.
Masih mau bilang traveler pemula?
Kami hepi kok dan gak nyusahin orang lain. Masalahnya apa? Momen traveling tiap
orang kan beda. Apapun itu, kita harus menghargai bukan nge-judge. Kalo buang
sampah sembarangan noh, coret-coret objek wisata noh baru deh dibully. Lah, ini
kamera-kamera gue, situ yang sinis. Aneh…
XIY-SHA by China Eastern |
Yang ini pake China Eastern dari
Xi An ke Shanghai. Yang ambil fotonya temen gue karena gue duduk di isle. Seneng
aja punya foto sayap pesawat, lagian pesawatnya bukan lokal loh...wew, jangan
sirik.
XIY-SHA by China Eastern |
Mungkin foto sayap pesawat
terlihat sepele tapi menurut gue sih dengan adanya foto tersebut gue jadi inget
cerita perjalanannya, sama siapa perginya dan udah ngapain aja. Lagian, gue jadi bersyukur karena masih bisa nikmatin hidup dengan jalan-jalan. Coba bayangin orang-orang dengan duit banyak tapi gak bisa nikmatin? See...
PVG-HKG by Dragon Air |
Ini lagi narsis di pesawat Dragon
Air dari Shanghai menuju Hongkong. Masih pagi dan lagi sarapan di pesawat.
Tiongkok-Hongkong bukanlah liburan gue yang terbaik karena bete ikutan tour tapi
akhirnya bisa lumayan seneng juga karena sempet solo traveling ke Macau. Sepuluh
hari jalan-jalan tuh lumayan berasa. Foto aja sampe ribuan. So what?
Yang terakhir point #6 Selfie. Dia gak seneng kalo ada yang
traveling pamer foto kaki. Melihat kembali foto ini, otak gue langsung inget,
ooh, ini kan di Hotel Elen di daerah Senggigi-Lombok. Gue lagi males-malesan
sambil baca buku di atas hammock, nunggu jemputan ke Gili Trawangan. See? Selalu
ada cerita yang terbawa dalam sebuah foto.
@ Lombok |
Pulang liburan, wajib hukumnya
transfer foto dari kamera ke notebook dan di folderin sesuai destinasinya. Gak heran,
foto traveling gue udah lumayan banyak. Buat gue, foto traveling itu krusial,
bukan sekedar ajang pamer doang tapi sebagai pengingat suatu peristiwa, sebagai
alat bukti yang bisa membangkitkan nostalgia dan siapa tahu bisa dijual ke
majalah.
Gak perlu diseriusin juga kali ya
artikel gak penting itu. Gue juga gak malu dilabelin traveler pemula. So what? Gue
traveling pake duit sendiri dan gak minta orang, lagian sebagai seorang blogger, penting banget punya stock foto karena apapun bisa diceritain seperti blog kali ini.
Mungkin si penulis bener juga untuk point yang ke-2 yaitu fotoin temperature hahaha untungnya, gue belom pernah sih. Dan untuk foto setiap makanan itu wajib hukumnya karena pastinya exciting lihat makanan baru, kalo penampilannya cantik dan rasanya enak bisa di review bagus, kalo enggak tinggal di review jelek. Simple.
Mungkin si penulis bener juga untuk point yang ke-2 yaitu fotoin temperature hahaha untungnya, gue belom pernah sih. Dan untuk foto setiap makanan itu wajib hukumnya karena pastinya exciting lihat makanan baru, kalo penampilannya cantik dan rasanya enak bisa di review bagus, kalo enggak tinggal di review jelek. Simple.
Nih, artikelnya... |
Mau foto apapun, objek sekonyol apa pun, gue malahan jadi belajar fotografi secara gak langsung. Memang belom pro tapi gak masalah, selama gak blur itu masih bisa dinikmati. Lihat foto-foto orang juga bisa jadi bahan contekan, dan gue gak malu karenanya toh gue gak nyuri cuman mengaplikasikan karyanya dalam kamera gue.
So, keep travelling and keep
capturing the picture anything you want as long as you like it. And skip what
the writer said, maybe he is just “Kurang piknik.”
Soul mate gue mau nambahin, "Da, aku mah apa atuh, cuman traveler pemula. Selfie juga beraninya bayangan sendiri." wkwkkwkkwkw...
wah terimakasih gan inforasinya......
BalasHapus