Waktu pelulusan SMP dulu, saya direferensikan oleh saudara untuk melanjutkan ke SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan. Setelah dipikir-pikir kenapa saya musti nolak? Sekolahnya plus asrama, biaya murah, bakalan banyak teman dan ortu juga support.
Dari Jakarta berangkat naik travel turun di Jogja. Dari Jogja diantar saudara ke Muntilan.
Sejauh mata memandang, sekolahnya keren banget, gede dengan lapangan basket & kolam renang. Sepertinya bakal menyenangkan kalau sampai diterima sekolah di sini.
Hal pertama yang dilakukan adalah sesi interview. Interview jaman itu kayaknya lumayan mengerikan secara mana ada sih masuk SMA pake acara interview begituan. Untungnya interview berjalan sukses dan yang terpenting gak disuruh nyanyi seperti calon pelajar di sebelah ruangan. Mana suaranya fals tapi PD banget.
Sewaktu saya mendaftar masuk sekolah ini, saya termasuk angkatan ke-3 jadi belum ada alumni. Saya mendapat no urut ke-585 dari sekitar 650-an yang mendaftar menjadi calon pelajar termasuk cewe & cowo. Dan yang akan terpilih hanya 125 orang saja. Bayangin? Hanya 20 % saja yang diterima dari jumlah seluruhnya. Sangat ketat.
Setelah selesai interview, agenda selanjutnya adalah bagi kamar dan makan siang. Kamarnya type dormitory dengan ranjang kayu susun dua tingkat. Saya pilih ranjang yang di atas karena lebih terang. Sambil menunggu penghuni kamar yang belum datang saya berkenalan dengan sesama calon pelajar lain. Ternyata banyak yang dari kota lain selain Muntilan, seperti Jogja dan Semarang. Kalau yang dari luar Jawa Tengah sih kayaknya cuman saya saja. Tapi gak tahu juga sih.
Hari kedua, bangun pagi udah ngantri mandi. Mana airnya gak keluar cuman tersisa sedikit di bak mandi. Mau mandi gimana coba? Parah.
Sesudah mandi langsung test. Saya lupa mata pelajaran yang ditest apa saja. Yang pasti matematika ada dan testnya gak bisa. Kayaknya yang diajarkan di sekolah dengan yang ditest banyak bedanya jadi ya meraba-raba. Pilihan ganda kan tinggal pilih antara A, B, C atau D.
Test lain yang ikut dinilai adalah olah raga, test mata & warna plus check up dokter. Test olahraga-nya lari plus lompat jauh. Yang ini sih test-nya sukses gak ada hambatan. Mata dan warna selagi masih bisa lihat dan gak buta warna pasti lolos. Eh, giliran test lisan Inggris kami ditanya sama senior apa sih arti dari kata “Beyond” dan gak seorang pun yang tahu termasuk saya. Hahahaha. Waktu itu, Bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah cuman untuk kosa kata masih terbilang minim.
Asrama cowo & cewe dipisah jadi gak ketemu mahluk Tuhan yang manis itu. Kenapa manis? Karena yang sexy udah dipake Mulan Jameela buat kita para cowo-cowo. Hahahahaha. Saya sempet godain cewe waktu ujian. Dia pakai baju hijau gambar Andy Lau. Yah, kala itu Andy Lau alias Yoko kan lagi booming di Indonesia. Anaknya cantik, dari Semarang dan belum punya pacar. Sayang gak kelanjutan karena gak nemu-nemu dia lagi. Namanya aja gak sempet nanya.
Setelah beberapa hari di asrama, akhirnya saya punya temen akrab 3 orang. Yang saya ingat namanya Agung & Satria. Satu lagi kalo gak salah, Adi kayaknya. Nah, sama si Adi ini lebih akrab. Sering ngobrol dan cerita-cerita. Oya, waktu itu Van Damme lagi eksis-eksisnya jadi aktor. Filmnya yang berjudul Nowhere to Run sering jadi bahan omongan diantara kami.
Waktu makan terutama makan malam adalah waktu yang dinanti. Walaupun lauk dijatah seorang satu, tapi kebersamaan dan suasananya itu bikin ngangenin. Apalagi pas hari terakhir pada guyonan abis. Malemnya gak tau gimana, kami yang berada di kamar Sulawesi malah perang bantal sambil matiin lampu. Berhubung ranjang saya ada di atas pas banget buat yang lewat di bawah udah langsung saya gebuk dengan sukses. Malah ada yang isi bantalnya amburadul. Klimaksnya, ya pas koordinatornya marah-marah dan kami disuruh tidur. Kami langsung mengkeret di ranjang masing-masing. Hiks...
Hari terakhir di Van Lith tiba. Ada 1 test lagi tentang riwayat hidup dan latar belakang yang musti diisi. Setelah itu beres-beres dan tunggu pengumuman. Sebelum pulang kami pamitan untuk ketemu lagi di hari pengumuman.
Di hari pengumuman bener-bener ramai. Saya ketemu sama Adi dan dia masuk sebagai cadangan. Wah lumayan banget tapi dia juga sempet bilang ada 1 sekolah lagi yang dia mau coba masuk. Dan beberapa temen lain banyak yang gak lolos. Apa gara-gara perang bantal ya? Soalnya waktu itu koordiantornya ngancem juga sih. Dan nasib no punggung 585 ternyata tidak lolos juga. Sedihnya minta ampun kayak kalah perang saja.
Yah, hidup berjalan maju. Pesan moralnya ya capai cita-citamu setinggi langit. Berusaha lebih maksimal lagi. Apa yang menjadi kesalahan dan kekurangan di masa lalu dijadikan semangat biar kedepannya bisa lebih sukses. Rencanakan apa yang kita bener-bener inginkan dan tuju dengan lebih fokus.
Teman-teman saya itu sampai saat ini tidak pernah berhubungan lagi. Saya sempat berkirim surat dialamatkan ke Jl kartini no 1, Muntilan tapi malah dikirim balik. Yang nota bene berarti mereka pun tidak pernah diterima di sekolah itu. Teman itu bagai angin, gak pernah tahu arahnya ke mana. Kadang dipertemukan tanpa diminta, kadang putus tanpa alasan™. Miss u guys...success always wherever you are...
Dari Jakarta berangkat naik travel turun di Jogja. Dari Jogja diantar saudara ke Muntilan.
Sejauh mata memandang, sekolahnya keren banget, gede dengan lapangan basket & kolam renang. Sepertinya bakal menyenangkan kalau sampai diterima sekolah di sini.
Hal pertama yang dilakukan adalah sesi interview. Interview jaman itu kayaknya lumayan mengerikan secara mana ada sih masuk SMA pake acara interview begituan. Untungnya interview berjalan sukses dan yang terpenting gak disuruh nyanyi seperti calon pelajar di sebelah ruangan. Mana suaranya fals tapi PD banget.
Sewaktu saya mendaftar masuk sekolah ini, saya termasuk angkatan ke-3 jadi belum ada alumni. Saya mendapat no urut ke-585 dari sekitar 650-an yang mendaftar menjadi calon pelajar termasuk cewe & cowo. Dan yang akan terpilih hanya 125 orang saja. Bayangin? Hanya 20 % saja yang diterima dari jumlah seluruhnya. Sangat ketat.
Setelah selesai interview, agenda selanjutnya adalah bagi kamar dan makan siang. Kamarnya type dormitory dengan ranjang kayu susun dua tingkat. Saya pilih ranjang yang di atas karena lebih terang. Sambil menunggu penghuni kamar yang belum datang saya berkenalan dengan sesama calon pelajar lain. Ternyata banyak yang dari kota lain selain Muntilan, seperti Jogja dan Semarang. Kalau yang dari luar Jawa Tengah sih kayaknya cuman saya saja. Tapi gak tahu juga sih.
Hari kedua, bangun pagi udah ngantri mandi. Mana airnya gak keluar cuman tersisa sedikit di bak mandi. Mau mandi gimana coba? Parah.
Sesudah mandi langsung test. Saya lupa mata pelajaran yang ditest apa saja. Yang pasti matematika ada dan testnya gak bisa. Kayaknya yang diajarkan di sekolah dengan yang ditest banyak bedanya jadi ya meraba-raba. Pilihan ganda kan tinggal pilih antara A, B, C atau D.
Test lain yang ikut dinilai adalah olah raga, test mata & warna plus check up dokter. Test olahraga-nya lari plus lompat jauh. Yang ini sih test-nya sukses gak ada hambatan. Mata dan warna selagi masih bisa lihat dan gak buta warna pasti lolos. Eh, giliran test lisan Inggris kami ditanya sama senior apa sih arti dari kata “Beyond” dan gak seorang pun yang tahu termasuk saya. Hahahaha. Waktu itu, Bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah cuman untuk kosa kata masih terbilang minim.
Asrama cowo & cewe dipisah jadi gak ketemu mahluk Tuhan yang manis itu. Kenapa manis? Karena yang sexy udah dipake Mulan Jameela buat kita para cowo-cowo. Hahahahaha. Saya sempet godain cewe waktu ujian. Dia pakai baju hijau gambar Andy Lau. Yah, kala itu Andy Lau alias Yoko kan lagi booming di Indonesia. Anaknya cantik, dari Semarang dan belum punya pacar. Sayang gak kelanjutan karena gak nemu-nemu dia lagi. Namanya aja gak sempet nanya.
Setelah beberapa hari di asrama, akhirnya saya punya temen akrab 3 orang. Yang saya ingat namanya Agung & Satria. Satu lagi kalo gak salah, Adi kayaknya. Nah, sama si Adi ini lebih akrab. Sering ngobrol dan cerita-cerita. Oya, waktu itu Van Damme lagi eksis-eksisnya jadi aktor. Filmnya yang berjudul Nowhere to Run sering jadi bahan omongan diantara kami.
Waktu makan terutama makan malam adalah waktu yang dinanti. Walaupun lauk dijatah seorang satu, tapi kebersamaan dan suasananya itu bikin ngangenin. Apalagi pas hari terakhir pada guyonan abis. Malemnya gak tau gimana, kami yang berada di kamar Sulawesi malah perang bantal sambil matiin lampu. Berhubung ranjang saya ada di atas pas banget buat yang lewat di bawah udah langsung saya gebuk dengan sukses. Malah ada yang isi bantalnya amburadul. Klimaksnya, ya pas koordinatornya marah-marah dan kami disuruh tidur. Kami langsung mengkeret di ranjang masing-masing. Hiks...
Hari terakhir di Van Lith tiba. Ada 1 test lagi tentang riwayat hidup dan latar belakang yang musti diisi. Setelah itu beres-beres dan tunggu pengumuman. Sebelum pulang kami pamitan untuk ketemu lagi di hari pengumuman.
Di hari pengumuman bener-bener ramai. Saya ketemu sama Adi dan dia masuk sebagai cadangan. Wah lumayan banget tapi dia juga sempet bilang ada 1 sekolah lagi yang dia mau coba masuk. Dan beberapa temen lain banyak yang gak lolos. Apa gara-gara perang bantal ya? Soalnya waktu itu koordiantornya ngancem juga sih. Dan nasib no punggung 585 ternyata tidak lolos juga. Sedihnya minta ampun kayak kalah perang saja.
Yah, hidup berjalan maju. Pesan moralnya ya capai cita-citamu setinggi langit. Berusaha lebih maksimal lagi. Apa yang menjadi kesalahan dan kekurangan di masa lalu dijadikan semangat biar kedepannya bisa lebih sukses. Rencanakan apa yang kita bener-bener inginkan dan tuju dengan lebih fokus.
Teman-teman saya itu sampai saat ini tidak pernah berhubungan lagi. Saya sempat berkirim surat dialamatkan ke Jl kartini no 1, Muntilan tapi malah dikirim balik. Yang nota bene berarti mereka pun tidak pernah diterima di sekolah itu. Teman itu bagai angin, gak pernah tahu arahnya ke mana. Kadang dipertemukan tanpa diminta, kadang putus tanpa alasan™. Miss u guys...success always wherever you are...
Sewaktu saya menulis ini tiba-tiba saya diingatkan akan jejaring sosial Facebook yang slogannya "Helps you connect and share with the people in your life"...Aha, secercah sinar tiba-tiba menaungiku.
Trus nasib saya gimana dunk? Ya daftar sekolah lagi di kota asal. Walaupun bukan SMA favorit tapi banyak dapat pengalaman menarik. Salah satunya jadi Sie Rohani Osis dan juga anggota Marching Band. Ketemu guru Biologi cantik Bu Dwi dan juga selalu ranking kelas.
Patah tumbuh hilang berganti. Hidup itu nikmat dan patut disyukuri. Pengalaman mengajarkan saya demikian.
You're gonna like it too : SMA-K BPK Penabur Sukabumi